Taqabbalallahu minnaa wa minkum... "Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian"

30 Okt 2014

Dialog Tentang Ultah Kematian

Disebuah kampung, terjadi dialog antara 2 tetangga. Si Bro yang sedang asik mencuci motor melihat si Coy yang lagi duduk melamun diteras rumah. Lantas Bro pun menghampiri Coy untuk mengetahui keadaannya.

Bro: "Coy, kok ini hari lho murung banget, ada apa sich!!!"
Coy: "Iya nih, lagi ada sedikit masalah"
Bro: "Masalah apa sich coy, ceritain dong kite kan udah lama bertetangge, siapa tau gue bisa cariin jalan keluarnya"
Coy: "Wah kalau urusan yang seperti ini lho ngga bakal bantuin bro, soalnya keyakinan kite beda"
Bro: "Emang gue orang kafir apa, pakai beda keyakinan, maksud ente apa sich coy"
Coy: "Oh iya ma'af, beda manhaj maksudnya"
Bro: "Ya walaupun kite beda manhaj, tapi kan kita tetap tetanggaan, ayo dong ceritain biar kita bisa sama-sama cari jalan keluarnya"


Coy: "Baiklah kalo begitu, sebenarnya gue lagi galau nih, bentar lagi kan acara haul babe gue, jadi gue butuh fulus, ente tau sendiri kan, gue ini anak atu-atunya, dan keadaan gue serba pas-pasan, haul emak kemaren aje gue harus menjual perhiasan peninggalan emak gue"
Bro: "(tepok jidat), wah sorry banget coy klo urusan beginian gue ngga bisa bantu dalam bentuk materi"
Coy: "Habis gue harus bagaimana, kasih solusinya dong!!!"
Bro: "Syukurlah kalo elho mau minta nasehat sama gue, sekarang gue tanya hukum dan inti dari haulan itu apa coba?"
Coy: "Kata kyai sich hukumnya sunnah, haulan itu hakikatnya kita mendo'akan mayyit"
Bro: "Kalau haulan adalah mendo'akan mayyit lalu kenapa penanggalannya persis banget dengan ajaran hindu, masa iya sich mendo'akan mayyit harus ngumpulin orang, ngga gitu-gitu amat kali. Dan klo haulan itu sunnah, adakah hadits yang menjelaskan tata cara haulan dan waktu pelaksanaannya, trus adakah dikitab para imam madzhab membahas masalah haulan tersebut, seperti bab shalat, bab wudhu dan lainnya."
Coy: "Setau gue sich madzhab syafi'i yang mengajarkan hal tersebut (dengan mantabnya)"
Bro: "Ente pernah baca bab haulan (ultah kematian) di kitab Imam Syafi'i rahimahullah?"
Coy: "Ngga pernah sih, cuman kyai kami mengajarkan seperti itu!!!"
Bro: "Apa ente tau Imam Syafi'i rahimahullah dalam kitabnya Al-Umm melarang berkumpulnya dirumah keluarga mayit, karena hal itu akan menimbulkan bertambahnya kesedihan dan membutuhkan biaya, padahal beban kesedihan masih melekat, jadi di kitab Imam Syafi'i mana kyai ente itu ada menjelaskan keutamaan haulan?"
Coy: "Waduh, jadi selama ini gue di bodohin sama kyai gue dong!!!"
Bro: "Itu salah ente sendiri, harusnya ketika sang kyai menukil sebuah pendapat dari para ulama salaf, ente tanyakan sumber rujukannya, dikitab apa dan bab apa, itu namanya taqlid dengan perkataan kyai".
Coy: "Wah klo dipengajian kami mah dilarang mempertanyakan hal seperti itu, takut kualat"
Bro: "Tuh bener kan kata gue tadi, jama'ahnya disuruh taqlid, oh ya, gue hampir kelupaan menyampaikan hasil muktamar NU ke-1 di Surabaya pada tahun 1926, yakni tentang bid'ahnya acara selamatan kematian, kemudian makruhnya menyediakan makanan pada hari ke 1, 3 dan ke 7 karena hal tersebut bagian dari ratapan"
Coy: "Lho kok saya sebagai warga NU tidak tau ya klo NU sendiri menganggap perbuatan tersebut bid'ah"
Bro: "Maka itulah, kita kudu belajar coy, agama itu ada untuk dipelajari, bukan untuk bahan lawakan, bukan apa kata kyai, bukan apa kata tuan guru, bukan apa kata habib. Tapi agama adalah ilmu kemudian beramal. Dengan ilmu, kita akan bisa memilah mana yang sunnah dan mana yang tidak ada tuntunannya"
Coy: "Trus gimana dong klo gue ntar ngga ngadakan ulang tahun kematian ortu, para tetangga pasti ngomong macam-macam, kaya dibilang ngga berbakti sama ortu sampe dikatain pelit, kan malu"
Bro: "Ente ngga usah mendengar komentar manusia, sebab klo kita menuruti kemauan manusia ngga bakal habisnya, ente pernah denger kan cerita 2 orang (ayah dan anak) dan seekor keledai, disebuah perjalanan ada orang nyeletuk 'dasar orangtua tidak punya kasih sayang, masa sang anak disuruh jalan kaki', kemudian bergantian sang anak yang menunggang keledai, ketika sampai disebuah kampung ada lagi yang nyeletuk 'dasar anak tidak tahu diri, masa orangtua disuruh jalan kaki', kemudian naiklah sang bapak, trus ada lagi yang nyeletuk 'dasar orang tidak berprikebinatangan, masa keledai kecil dinaikin 2 orang', kemudian turunlah keduanya, ada lagi yang nyeletuk 'dasar bodoh, ada tunggangan tidak dinaikin'. Begitulah repotnya klo kita harus mencari keridhoan manusia, sedangkan kita beribadah ini harus mencari keridhoan Allah"
Coy: "Lalu bagaimana cara kita berbakti kepada orang tua yang telah meninggal, dan amalan apa saja yang bermanfaat bagi mereka"
Bro: "Berbakti kepada ortu yang telah meninggal bisa dengan cara mendo'akannya, memohonkan ampunan kepada mereka, melaksanakan wasiat mereka atau mengunjungi teman-teman beliau selagi hidup. Sedangkan amalan yang bermanfaat buat orang yang telah meninggal adalah bersedekah atas namanya, sedekah jariyah yang ditinggalkan si mayyit, berqurban yang diniatkan juga untuk ortunya yang telah meninggal, menunaikan qodho puasa si mayyit, melunasi hutang si mayyit. Eh coy, biasa dalam sekali acara peringatan kematian itu, ente habis berapa duit untuk menyediakan pesta kuliner tersebut?"
Coy: "Bisa sampai 4 jutaan klo hidangannya berupa daging dan ayam, belum untuk upah baca do'a, makanya kudu ngutang sana sini!!!"
Bro: "Wadoh, bisa bangkrut ente demi melestarikan sebuah ajaran hindu, sebenarnya ada lho amalan yang mudah, tidak perlu biaya dan pahalanya terus mengalir kepada orang tua yang telah meninggal"
Coy: "Haah yang bener bro!!!"
Bro: "Dulu orang tua ente pernah ngajarin baca Qur'an, shalat dan puasa tidak"
Coy: "Tentu saja, bahkan sejak umur gue masih 4 taon udah diajarin iqro kemudian meningkat sampai juzz amma, serta diajarin pula gerakan dan bacaan dalam shalat"
Bro: "Luar biasa banget tuh pahala yang mengalir kepada ortu ente. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Jika manusia meninggal, maka semua amalannya terputus, kecuali 3 perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendo'akan untuknya'. (HR. Muslim 1631).
Ortu ente dulu kan sudah mengajarkan membaca Al-Qur'an, sudah pula mengajarkan sholat. Itu semua adalah ilmu dan pahalanya akan terus mengalir kepada mereka selama ente terus mengamalkannya. Bahkan, kalau ntar ente punya anak, dan anaknya ngajarin ke cucu ente, maka pahala anak ente pun
akan sampai kepada yang mengajarkannya. Coba ente bandingkan dengan ritual ultah kematian, selain repot dan mahal diongkos, pahalanya pun tidak ada yang bisa menjamin sampai kepada mayyit!!!"
Coy: "Astaghfirullah, betapa sia-sianya amalan gue selama ini, ternyata islam itu mudah ya bro!!!"
Bro: "(Alhamdulillaah, akhirnya gue bisa menyelamatkan tetangga gue ini dari kanker bid'ah, berbicara dalam hati) baiklah coy, gue mo nerusin cuci motor dulu, klo ada permasalahan agama yang masih mengganjel jangan sungkan untuk bertanya"

Wahai para pendakwah!!! Berhentilah mengelabui umat, jangan menjerumuskan mereka kepada lembah kebinasaan, dan sesungguhnya kalian telah membuat tempat tinggal di Neraka.

AR - Kota Seribu Sungai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright 2010@All Rights Reserved By Abu Rumaisha
a
h
s
i
a
m
u
R
u
b
A