Membantah bid’ah lovers itu tidak perlu susah-susah bawa
dalil, atau copas sana copas sini. Karena kalau dikasih dalil juga percuma,
pasti mentok, kalau kita kasih dalil paling dia jawab: itukan cuman penafsiran
ulama wahhabi saja, padahal dalilnya sudah jelas dan tidak ada keraguan. Mereka
lebih percaya dan sreg dengan pendapat kyai/habib dibandingkan hadits yang
disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang notebene adalah
seorang komandan wahhabi (pengikut Allah Yang Maha Memberi).
Dalam membantah bid’ah lovers kita cukup main akal-akalan
saja, agar cara berpikirnya terbuka, karena selama ini pola pikir mereka sudah
terkunci oleh pemikiran dan agitasi para kyai. Makanya kita ajak mereka agar
bisa menggunakan akal sehat yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala, agar mereka
bisa merenungi bahwasanya selama ini mereka telah dibodohi oleh para kyai.
Dalam hal b’day kematian misalnya, kita ajak mereka berpikir dan merenung, dan
tanyakan kepada mereka, jikalau upacara b’day kematian memang bagian dari
ibadah, adakah ketika istri-istri dan anak-anak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika wafat, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengumpulkan
para shahabat radhiallahu ‘anhu agar ikut serta mengirim pahala pada hari
kesatu, tiga, tujuh dan seterusnya, kemudian diadakan ritual baca yasin, al
fatihah, tahlil sambil geleng-geleng kepala kaya orang lagi dugem dan ditutup
dengan pesta kuliner.
Tentunya dia akan menjawab dengan jujur; tidak ada (walaupun
agak malu-malu kucing jawabnya), kalau dia jawab ada, itu berarti dia sama saja
dengan bunuh diri, karena jangankan hadits hasan yang palsu sekalipun tidak
akan kita dapatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengadakan b’day kematian. Dan kalaupun Rasulullah mengadakannya, tentunya ada
dong riwayat para shahabat juga melakukan hal tersebut, terus para tabi’in,
terus imam madzhab. Dan kalaupun beliau mengerjakan tentunya ada dong kaifiat
dan rukun b’day kematian.
Jikalau dia sudah mau jujur bahwasanya b’day kematian tidak
ada satupun para salaf yang melakukannya, terus tanyakan lagi kepadanya, apakah
kalian lebih ‘alim dalam hal pengetahuan ibadah sehingga kalian berani
mendahului Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal transfer pahala.
Kemudian tanyakan lagi kepadanya, kalau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak melakukannya, terus siapa yang bisa menjamin bahwa b’day kematian
tersebut akan memberikan pahala, terlebih kepada mayyit, apakah pahala dan surga
milik para kyai.
Apalagi dalam ritual tersebut sang komando tahlil
mengatakan, yuk kita sama-sama membaca al fatihah, yasin dan tahlil, dan hadiah
pahalanya akan kita transfer ke fulan bin alan, Nampaknya sang komando yakin
betul kalau ritual tersebut akan diganjar pahala, wong pahala shalat kita saja
kita tidak tahu apakah diterima atau tidak. Kok urusan pahala di qiyaskan
dengan ekspedisi, kalau kita kirim paket udah pasti sampainya, asalkan
alamatnya jelas.
Kemudian kita kasih pemahaman lagi, bukankah syarat
diterimanya amal ibadah adalah harus sesuai dengan tuntunan kemudian harus
ikhlas, kalau dia men-iyakan, tanyakan kepadanya, b’day kematian ada ngga
tuntunannya terus undangan yang hadir tersebut ikhlas ngga, jangan-jangan cuman
ngarep kuliner gratis, sebab pernah saya saksikan ada tetangga yang sengaja,
dirumah tidak memasak, karena ba’da magrib ada acara b’day kematian, setelah
itu bawa pulang lagi, katanya buat anak dirumah. Berarti acara b’day kematian
tersebut perkara yang sia-sia dong, artinya disamping ritual tersebut tidak ada
tuntunannya kemudian jama’ah yang hadir tidak ikhlas, akhirnya sang ahli waris
cuman mendapatkan cape dan menyisakan hutang, karena tidak sedikit mereka yang
ngadakan acara tersebut hutang sana hutang sini, bahkan ada kejadian ada oknum
yang nekat mencuri agar bisa mengadakan b’day kematian.
Terus kalau dia membantah, ah tapi kan dalam acara tersebut
kita ngasih makan para tamu, disitulah kita bisa mendapatkan pahalanya,
disamping itu kita bisa saling silaturahmi antar tetangga, maka kita jawab
setiap amal itu tergantung niatnya, kalau niatnya baik maka akan mendapatkan
ganjarannya, kita tanyakan kepadanya; niat kalian membuat kuliner tersebut
untuk apa, tentunya bertepatan dengan penanggalan yang dibuat oleh pendeta
hindu toh, masa iya sih ngasih makan para tamu harus ditentukan tanggalnya,
lagian yang ngasih makan tidak lebih kaya daripada yang diberi makan, kan aneh,
masa bersedekah kepada orang kaya, apa ngga kebalik. Lagipula tidak pantas
berdalil dengan silaturahmi, apakah selama ini kalian cuek-cuek bebek saja
dalam bertetangga, sehingga silaturahmi harus nunggu ada yang mati. Maka
pantaslah kalau kalian selama ini berdalil dengan silaturahmi, karena ketika
mau nyalatkan mayyit pun harus diundang disertai dengan sejumlah fulus, kalau
ngga dapat amplop ngga ikut kifayah.
Terus kalau dia masih ngeyel juga, berikan lagi pemahaman
kepadanya, wahai akhy bukankah islam ini mudah, dalam hal zakat misalnya, tidak
semua umat islam diwajibkan membayarnya, hanya yang mempunyai kecukupan saja yang
disyari’atkan. Nah kalau b’day kematian semuanya dianjurkan, tidak pandang
miskin atau kaya, pokoknya kalau sudah sampai dengan penanggalan tersebut maka
kudu diadakan acara b’day kematian, karena kalau tidak dilakukan,
konsekuensinya besar sekali, masih mending kalau cuman dicap sebagai wahhabi,
atau dituduh sebagai anak yang tidak berbakti kepada ortu, lha kalau dikucilkan
dimasyarakat bagaimana, pastinya akan terasa sempit dunia ini. Makanya orang
yang menyelisihi sunnah tersebut akan bernasib seperti orang yang sudah jatuh
kemudian ketimpa tangga, enak tidak.
Kemudian lagi berikan pemikiran kepadanya, kok aneh ya ada
ibadah tapi tidak seluruh umat islam diseluruh penjuru dunia yang
mengamalkannya, barangkali kalau kita tanyakan kepada umat islam yang ada di
Maroko, Turki dinegara kamu ada ngga ibadah yang namanya b’day kematian,
tentunya mereka pasti akan menjawab, kami tidak kenal dengan ibadah tersebut.
Berarti ibadah tersebut hanya untuk orang Indonesia saja dong, seperti halnya
kata orang JIL (Jaringan Iblis La’natullah) jilbab itu adalah hanya untuk orang
arab, karena disana cuacanya memang panas. Lagipula kalau memang b’day tersebut
merupakan bagian dari ibadah, kok ada ibadah jadi kontroversi dikalangan umat
islam Indonesia, kita tahu shalat, puasa, zakat, haji, seluruh umat islam
mengerjakannya, dan tidak ada diantara umat islam diseluruh dunia yang
mempertentangkannya.
Kemudian kalau dia masih ngeyel juga, tinggalkan saja orang
tersebut, karena tidak akan memberi manfa’at, artinya apa yang kita sampaikan
sudah gugur kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, tinggal mau tidak Allah memberi
taufiq dan hidayah kepada orang tersebut, karena kalau kita paksakan, perkataan
kotor akan dengan mudah keluar dari mulut mereka, tinggal kitanya saja mau
tidak mendo’akan orang tersebut agar diberikan pemahaman yang baik tentang
agama ini.
Sekian dulu tipsnya buat para ikhwan wa akhwat yang sering
berdialog dengan para pencinta makan gratis, mudah-mudahan tipsnya bisa membuat
mereka mau berpikir dan merenung agar lapang dada meninggalkan ajaran nenek
moyang tersebut.
Bonus Note:
Banyak sekali sunnah yang hilang akibat dari bid’ahnya acara
ultah kematian ini, diantaranya:
-
Sunnahnya memberikan makanan kepada tetangga
yang tertimpa musibah berupa kematian
-
Sunnahnya menghibur para ahlul ba’it yang
ditinggalkan (yang ada malah bikin susah)
-
Sunnahnya mempercepat membayar hutang mayyit
(boro-boro bayar hutang, yang ada malah tambah hutang buat nyiapin aneka macam
kuliner)
-
Sunnahnya membagi harta warisan (harta
warisannya habis buat ngadain acara b’day kematian)
-
Sunnahnya memberi makan anak yatim (yang ada
malah rame-rame makan harta anak yatim)
-
Kalau masih ada tolong di tambahin, hhhmmm
AR
– Kota Seribu Sungai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar