Taqabbalallahu minnaa wa minkum... "Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian"

9 Jun 2013

Bid'ah Bikin Cape & Kerampokan

Disebuah rumah, samping bengkel motor...

Montir : Sore pak, baru pulang kerja ya.

Abi : Oh ya met sore juga, iya baru pulang kerja nih (dengan nada lemas)

Montir : Gini pak, itu motor bapak yg ada di gudang barusan sudah saya perbaiki & oli + businya juga sudah diganti, coba deh bapak periksa.

Abi : Gitu ya (sambil menuju kegudang, trus menstarter motor, breeem...breeem), wah terimakasih ya.

Montir : Ini pak kwitansinya, disitu ada rincian biaya service + ganti oli & busi.

Abi : (Sambil terkaget-kaget membacanya) Emang yg nyuruh kamu perbaiki tuh motor siapa? 

Montir : Ya ngga ada sih pak, tapi kemaren saya tanya anak bapak, kenapa motor yg ada digudang tersebut ngga di pake lagi, lalu kata anak bapak katanya rusak, kalaupun hidup sering ngambek.

Abi : Emangnya anak saya ada nyuruh atau menyarankan kamu untuk memperbaiki tuh motor.


Montir : Ya ngga ada sih pak, itu semua atas inisiatif saya, mulai dari menyervice sampai mengganti oli + busi.

Abi : Lah kalau ngga ada yg nyuruh kenapa dikerjakan?

Montir : (Dengan nada lirih) Ya tapi pak niat saya kan bagus, supaya bapak bisa memakai tuh motor lagi.

Abi : Okelah kalau kamu beralasan seperti itu, tapi aku cuman ngucapin terimakasih aja gitu!!!.

Montir : (dengan nada jengkel) Berarti bapak ngga mau membayar semua biaya tersebut.

Abi : Kan sudah saya bilang, yg nyuruh memperbaiki tuh motor siapa? Lagian saya sudah tidak membutuhkan motor butut itu lagi, tuh liat motor gede 250cc saya (dengan nada bangga) itulah tunggangan saya saya sekarang. Artinya kalau saya tidak menyuruh memperbaiki, otomatis saya pun tidak mau mengganti biaya itu semua.

Montir : Ya tapi pak... waktu saya bawa tuh motor anak bapak tidak melarangnya.

Abi : Ah tidak ada tapi-tapi lagi, anggap aja ini pengalaman berharga kamu, agar kalau tidak ada perintah untuk memperbaikinya, maka jangan coba-coba untuk berinisiatif sendiri, kan kamu juga kesihan, udah cape keluar duit lagi. Niat baik kamu itu tidak berarti saya menyetujuinya. Udah dulu ya saya mau ngopi, cape nih.

Montir : (Ngeluyur pulang tanpa pamit)... 

Penulis Naskah: Abu Rumaisha Al Banjariy

(Mohon ma'af kalau ada kesamaan nama & juga ada kata yg kurang berkenan, karena cerita diatas hanya rekaan saja)

Dalam beribadah kita tidak boleh membuat atau mengarang sendiri, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri pun (walaupun beliau seorang Nabi & Rasul juga manusia paling mulia) tidak berani untuk membikin syari'at tanpa ada wahyu yg memerintahkannya.

Niat baik saja tidak cukup untuk bolehnya kita mengarang-ngarang syari'at, betapa banyak bentuk ibadah yg kita rasa itu baik tapi belum tentu menurut Allah & Rasul-Nya baik, niat baik itu bukan dalil tapi perasaan. Sekarang kita contohkan, kan baik adzan sebelum shalat taraweh, shalat ied, shalat jenazah, bukankah adzan fungsinya untuk menyeru orang untuk shalat berjama'ah, siapa yg berani bilang adzan itu tidak baik, lantas kenapa kita tidak mengerjakannya, jawabnya simpel "KARENA TIDAK ADA CONTOHNYA"

Ana beri satu contoh lagi, biar paham, kita tau bahwa diantara fungsi shalat sunnah itu (baik qabliyah maupun ba'diyah) adalah untuk menyempurnakan shalat wajib (sekiranya ada kekurangan, maka shalat sunnah tersebutlah menjadi penyempurnanya), beranikah kalian shalat sunnah 2 raka'at ba'diyah subuh & ashar, kan baik & siapa berani bilang shalat sunnah jelek, lalu kenapa kalian tidak melakukannya, jawabnya selain perintahnya tidak ada juga ada larangan mengerjakan shalat sunnah di kedua waktu tersebut.

Pertanyaan berikutnya, kalau kalian sudah paham dengan kedua contoh diatas lantas kenapa tidak anda terapkan kaidah tersebut dalam praktek-praktek ibadah yg tidak ada contohnya, seperti halnya ibadah bid'ah best seller kedua setelah nisfu sya'banan 'Maulidan' juga perayaan Isra' Mi'raj, yasinan berjama'ah di malam jum'at, Tahlilan (ritual transfer pahala) dst.

Ah,, tapi kan tidak ada larangannya untuk mengerjakan ritual-ritual tersebut, ada ngga dalil yg melarang puasa nisfu sya'ban, ada ngga dalil yg melarang maulidan dst, kita jawab itu kaidah yg salah. Harusnya kaidah tersebut diterapkan dalam hal keduniawian, seperi ada ngga dalil yg melarang makan soto banjar, ada ngga dalil yg melarang pake baju kain sasirangan (kain khas banjar).

Kalau dalam ibadah kaidahnya seperti ini: "Hukum asal dalam beribadah adalah haram & batal kecuali yg ada dalil yg memerintahkan"
Jadi prinsifnya, ibadah yg tadinya haram bisa berubah menjadi boleh dengan catatan ada dalil yg memerintahkan. Juga "Hukum asal ibadah adalah tauqif & ittiba' (mengikuti Rasul), seandainya kaidah ini di balik & dipakai dalam hal keduniawian, maka niscaya kita tidak akan hidup enak, karena kaidahnya menjadi "Hukum asal sesuatu itu haram kecuali ada dalil yg menghalalkannya.

Maka kalau kaidahnya seperti itu, kalau kita mau makan soto banjar kita harus nyari dalil dulu, boleh tidak, karena di zaman dulu tidak ada namanya soto banjar, bukankan soto banjar ini termasuk bid'ah. Sungguh Allah Ta'ala Maha Adil terhadap hambanya, bukankah fitrahnya manusia itu suka yg enak-enak, kalau kaidahnya terbalik seperti itu maka buat apa kita hidup kaya, karena semua yg ada didunia ini terlarang kecuali ada dalil yg menghalalkannya.

Kemudian dalam hal ibadah kalau kaidahnya terbalik seperti tadi, "Hukum Asal Ibadah Boleh..." maka niscaya pula kita tidak akan hidup enak, karena semua syari'at di bolehkan, otomatis sepanjang hidup kita hanya dipergunakan untuk ibadah semata.

Ketahuilah, ibadah yg sunnah saja kita akan merasa kewalahan kalau dikerjakan semuanya, baik itu mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, karena saking banyaknya sunnah-sunnah yg diperintahkan, itulah bukti islam ini sudah sempurna, maka sangatlah sombong kalau kita menganggap kalau islam ini masih perlu penambahan, yg sunnah saja kita masih kelupaan mengerjakannya, kok malah nyari yg tidak ada perintahnya.

Oleh karenanya coba tanyakan kepada mereka yg suka mengerjakan amalan bid'ah tersebut, sudahkah anda ketika bangun tidur tadi membaca do'a, kemudian kalau mau ke WC & keluarnya sudahkah anda membaca do'a, kemudian tanyakan lagi kepadanya sudahkah waktu memakai pakaian dia membaca do'a & tangan mana yg duluan dimasukkan dst.

Terakhir yg akan saya sampaikan, ibadah itu bersifat baku, hak membuat syari'at itu cuma Allah Ta'ala adapun setelah Allah Ta'ala menurunkan QS. Al Maidah ayat 3 tentang kesempurnaan islam & juga setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wafat maka pintu pensyari'atan dalam hal ibadah sudah tertutup, adapun tugas kita sebagai hamba-Nya hanya menjalankan JukLak (petunjuk pelaksanaan) yg sudah ada.

Janganlah tertipu dengan banyaknya orang yg mengamalkan ibadah bid'ah tersebut, karena banyaknya bukanlah dalil untuk menilai sebuah kebenaran. Allah Ta'ala berfirman: "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yg di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, & mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (QS. Al An'am: 116)

Wallahu a'lam

Abu Rumaisha - Banjarmasin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright 2010@All Rights Reserved By Abu Rumaisha
a
h
s
i
a
m
u
R
u
b
A