Resensi Buku
:
Sebuah Tinjauan
Syari’at
"MEREKA ADALAH
TERORIS"
Ideologi dan
aliran sesat Khawarij telah diperangi dan ditumpas oleh para shahabat Rasulullah
di Nahrawan pada masa pemerintahan Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib. Namun aqidah
dan pemikiran khawarij tidak akan pernah terputus dan terhenti dengan
meninggalnya tokoh-tokoh mereka, sebagaimana telah diberitakan oleh Rasulullah .
Pemikiran dan aqidah sesat ini terus menjalar menjadi bahaya laten bagi umat
Islam, yang sewaktu-waktu siap muncul dan memakan korban! Pekerjaan dan ciri
khas mereka sama, yaitu mengkafirkan pemerintah kaum muslimin dan orang- orang
yang pro dengan pemerintah, memberontak terhadap pemerintah kaum muslimin,
menghalalkan darah dan harta kaum muslimin, serta membolehkan membunuh anak-anak
kaum muslimin. Pemberontakan dan pembunuhan yang mereka lakukan tidaklah muncul
begitu saja, tetapi didahului dengan provokasi-provokasi pada rakyat, dan
doktrin-doktrin kepada para anggotanya, untuk membenci pemerintah. Yang semua
itu mereka coveri dengan slogan amar ma’ruf nahi munkar, atau slogan :
“Penegakan hukum dan syari’at Allah”. Namun, sebagaimana ditegaskan oleh
Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib , slogan-slogan tersebut adalah “Kalimat yang haq,
namun dimaukan dibalik itu kebatilan.” Inilah ideologi dan aksi-aksi mereka
sepanjang sejarah yang telah memakan berjuta-juta jiwa kaum muslimin, bahkan
tidak tanggung-tanggung, di antara korbannya : tiga shahabat Rasulullah terbaik
—sekaligus tiga al khulafa-ur rasyidun-- : ‘Umar bin Al Khaththab, ‘Utsman bin
‘Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib . Benar… tindakan-tindakan mereka selalu
membikin kacau, onar, dan kerusakan yang luar biasa di muka bumi. Inilah yang
disebut dengan terorisme. Karena itu khawarij itu teroris, teroris itu khawarij,
sama persis tidak ada beda. Yang pasti pula bahwa mereka jahil terhadap ilmu,
fiqh, dan syari’at Islam, karena mereka selalu berseberangan dan nyempal dari
para ‘ulama ahlus sunnah, bahkan di barisan mereka sama sekali tidak ada ‘ulama.
Mereka hanya memiliki semangat ibadah dan beramal yang tinggi, namun ditegakkan
di atas emosi dan kebodohan. Sehingga segenap ideologi, sikap, dan aksi- aksi
mereka sama sekali tidak didukung oleh ‘ulama ahlus sunnah..
Di zaman ini,
umat Islam bahkan dunia secara umum, dikejutkan dengan maraknya aksi-aksi
terorisme. Peledakan terjadi di mana-mana. Di antara yang cukup spektakuler
adalah aksi attack terhadap WTC dan Pentagon AS. Kemudian setelah itu muncullah
sosok Usamah bin Laden yang disebut-sebut sebagai pihak yang bertanggung jawab
atas aksi tersebut. Nama Usamah bin Laden dengan ‘resolusi jihad’ melawan AS
yang dikumandangkannya, menjadi tenar di dunia internasional. Siapakah Usamah?
Bagaimana alur pemikirannya, siapa orang-orang di sekitarnya, benarkah dia itu
seorang mujahid Islam? Semua itu akan terjawab dalam buku “Mereka adalah
Teroris” ini.
Di nusantara pun,
bom dan peledakan tak kalah marak. Di antaranya yang menjadi heboh dan
menggegerkan adalah ledakan bom 12 Oktober 2002 di Legian Bali. Tak kurang 203
orang meninggal dunia dan ratusan mengalami cidera dan cacat. Ledakan bom
berkekuatan tinggi juga terjadi pada 5 Agustus 2003 di Hotel JW Marriott. Di
susul kemudian pada tanggal 9 September 2004 meledak pula bom di depan Kedutaan
Besar Australia. Tertumpahlah darah orang-orang yang tidak dibenarkan secara
syar’i untuk dibunuh. Bahkan muslimin pun ikut menjadi
korban!
Bermula dari
sikap yang membabi buta dan tanpa ilmu yang memunculkan ekstrimitas di dalam
menyikapi kemungkaran. Yang paling menonjol adalah : dengan mudahnya mereka
menjatuhkan vonis kafir terhadap pemerintah muslimin. Orang-orang yang tidak mau
mengkafirkan pemerintah yang telah mereka vonis kafir tersebut juga ikut mereka
kafirkan. Karena kafir maka segala aksi penentangan, teror, dan pemberontakan
terhadap pemerintah tersebut menjadi sah dan halal, bahkan wajib. Yang itu semua
mereka labeli dengan jihad fi Sabilillah.
Sikap ekstrim
mereka yang lainnya, adalah kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang kafir
yang tidak didasari ilmu. Mereka menyatakan bahwa saat ini adalah perang global
antara Islam vs kafir. Benarkah semua jenis orang kafir sah dan wajib untuk
diperangi di setiap waktu dan tempat? Benarkah segala aksi pengeboman di
tempat-tempat umum, hiburan, tempat-tempat ibadah, kepentingan-kepentingan
asing, ....dll adalah jihad fi sabilillah ? Apakah benar, aksi-aksi tersebut
sebagai solusi atas problematika kelemahan, kemunduran, dan kekalahan umat Islam
selama ini? Itu semua akan terjawab di buku ini.
Inilah buah
aqidah dan ideologi sesat khawarij, yang pada masa ini dihidupkan kembali oleh
tokoh-tokoh semacam Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Al Maududi, DR. ‘Abdullah
‘Azzam,…dll, yang kemudian dilanjutkan oleh DR. Safar Al Hawali, Salman Al
‘Audah, Usamah bin Laden, Aiman Azh Zhawahiri, …dll, yang karya-karya mereka
banyak diterjemahkan dan disebarkan di negeri ini. Aqidah dan ideologi sesat ini
ternyata tumbuh dan berkembang subur di kalangan para aktivis Islam, yang
aktivitas dan pengamalan agamanya hanya dilandasi semangat dan emosi semata,
tanpa ilmu yang benar yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana
yang difahami dan diamalkan oleh para shahabat Rasulullah . Di Indonesia, telah
ada upaya yang sangat gencar untuk menyebarkan serta melegal ideologi kaum
teroris-khawarij ini. Dan ternyata berhasil mempengaruhi banyak kalangan,
terkhusus kaum muda. Bahkan tak jarang pula, beberapa oknum di instansi
pemerintah juga terkena virusnya.
Setelah
pemerintah Indonesia menjatuhkan vonis mati terhadap para pelaku bom Bali,
tiba-tiba umat Islam dikejutkan oleh sebuah buku “laporan pertanggungjawaban
publik” dan “pembelaan diri” yang ditulis oleh salah satu pelakunya, Imam
Samudra, dengan judul : “Aku Melawan Teroris”. Dalam bukunya ini, Imam Samudra
dengan berbagai macam kedustaan, kepalsuan, dan syubhat-syubhat yang ia bawakan
berusaha membalik opini, dari asumsi dan tuduhan teroris terhadap dirinya,
menjadi pahlawan dan pejuang yang telah mengorbankan dirinya dalam rangka
melawan vampire dan teroris internasional yang bernama Amerika Serikat dan
sekutu-sekutunya. Dari seorang yang kejam dan tidak punya perasaan, yang telah
membunuh sekian nyawa manusia tak berdosa, menjadi pahlawan pembela duka nestapa
kaum mustadh’afin. Dari pembunuh keji, menjadi pembela bayi-bayi tanpa kepala di
Afghanistan dan Palestina. Dari aksi teror yang keji dan kejam, menjadi aksi
heroik dalam rangka membela Islam dan umat Islam.
Di dalam bukunya,
Imam Samudra, mengesankan kepada pembaca bahwa aksi bom Bali yang ia lakukan itu
merupakan aksi yang dibenarkan dalam syari’at. Ia tampilkan ayat-ayat Al Qur’an
dan hadits-hadits Rasulullah , ditambah lagi penukilan-penukilan dari para
‘ulama ahlus sunnah dan kitab-kitab mereka. Namun buku “Aku Melawan Teroris” ini
pada hakekatnya merupakan kedustaan atas nama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan para
‘ulama ahlus sunnah di satu sisi. Di sisi lain adalah caci maki terhadap para
‘ulama ahlus sunnah. Di antara bentuk-bentuk kedustaan tersebut adalah ---yang
itu ia lakukann untuk menjustifikasi aksi terornya-- :
1. Mengaku
dirinya sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang berpegang pada Al Qur’an, As
Sunnah, sesuai dengan pengaplikasian para shahabat terhadap
keduanya.
2. Pada
prekteknya, Samudra ternyata menambahkan pokok yang ke-4 bikinanya, yaitu
harusnya kembali dan meruju’ kepada ‘ulama mujahid dan ahluts tsughur. Memang
benar, statemen ini pernah diucapkan oleh beberapa ‘ulama salaf, namun apakah
pengaplikasiannya seperti yang dimaukan oleh Imam Samudra cs? Yaitu yang
dimaukan dengan ‘ulama mujahid dan ahluts tsughur menurutnya adalah tokoh-tokoh
teroris semacam : DR. ‘Abdullah ‘Azzam, DR. Safar Al Hawali, Salman Al ‘Audah,
Usamah bin Laden, Aiman Azh Zhawahiri, Mullah Omar. dll. Adapun para ‘ulama
ahlul hadits dari kalangan ahlus sunnah wal jama’ah, yang mereka itu lebih layak
dan pantas disebut sebagai ‘ulama mujahid, tidak dimasukkan oleh Imam dalam
deretan ‘ulama mujahid bikinannya. Para ‘ulama ahlul hadits pada masa ini antara
lain : Asy Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al
Albani, Asy Syaikh Muhammad Al ‘Utsaimin, Asy Syaikh Muqbil bin Hadi, Asy Syaikh
Rabi’ Al Madkhali, Asy Syaikh Shalih Al Fauzan, Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An
Najmi, Asy Syaih ‘Ubaid Al Jabiri, dan sederet nama-nama besar lainnya ---
rahimahumullahu jami’an----. Merekalah para ‘ulama ahlus sunnah wal jama’ah yang
pantas untuk dijadikan rujukan umat.
3. Imam Samudra
mencatut dan menyejajarkan nama-nama para ‘ulama ahlus sunnah kontemporer,
dengan tokoh-tokoh teroris masa kini yang menjadi idola dia. Dengan cara ini,
Imam mengesankan kepada publik sesungguhnya di belakangnya ada sekian tokoh
‘ulama besar yang ‘mengesahkan’ dan merekomendasi tindakan dia melalui
fatwa-fatwa mereka.
Apakah benar
demikian adanya? Buku “Mereka adalah Teroris” akan
menjawabnya.
4. Di samping
caci maki dan pelecehan, Samudra juga menuding ‘ulama ahlus sunnah yang tidak
sependapat dengan manhaj dan cara jihad yang dia lakukan, sebagai penganut
aliran murjiah, antek-antek AS, ‘ulama qa’idun (duduk saja, alias tidak ikut
berjihad), …dll.
Para
teroris-khawarij itu telah menyerukan resolusi jihad, padahal sebenarnnya
tindakan-tindakan mereka itu merupakan aksi teror, yang jauh dari nama harum
jihad itu sendiri. Terorisme bukan jihad, jihad bukanlah terorisme. Karena jihad
itu merupakan ibadah yang mulia, yang memiliki ketentuan-ketentuan dan
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta dirinci oleh
para ‘ulama ahlus sunnah. Jihad tidak berjalan di atas emosi dan semangat juang
semata, namun sangat membutuhkan kepada ilmu dan kepala dingin. Syarat-syarat
dan ketentuan serta penjelasan para ‘ulama tersebut akan tertera di dalam buku
ini dengan lebih gamblang. Di antaranya secara singkat :
1. Ditegaskan
oleh ahluts tsughur dan ‘ulama mujahid terkemuka, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah,
bahwa : “Kesimpulannya, pembahasan tentang perincian hukum jihad merupakan tugas
khusus kalangan para ‘alim ‘ulama!”
2. Dua syarat
penting yang harus dipenuhi dalam jihad, yaitu :
- Kekuatan dan
kemampuan umat Islam, baik kemampuan fisik dan kemampuan
Iman.
- Harus
dilaksanakan bersama pemerintah muslimin., dan sepenuhnya diatur oleh
pemerintah.
Dua syarat ini
tidak ada pada umat Islam saat ini.
3. Dalam kondisi
umat Islam yang lemah dalam dua sisi di atas, solusi apa yang ditempuh? Maka
‘ulama ahluts tsughur Ibnu Taimiyyah menasehatkan agar kaum muslimin, dalam
kondisi lemah menerapkan dan mengaplikasikan ayatush shabr (ayat-ayat yang
memerintahkan untuk bersabar dan menahan diri).
4. Tidak semua
jenis orang kafir harus dan boleh diperangi. Orang kafir yang dalam perjanjian
dan perlindungan pemerintah muslimin tidak boleh sama sekali untuk diganggu
apalagi diperangi dan dibunuh. Bahkan membunuh seorang kafir di saat kondisi
umat Islam lemah adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah .
5. Intihar (bunuh
diri) selamanya tidak bisa disamakan dengan istisyhad (mencari syahid). Sehingga
peledakan dan bom bunuh diri itu adalah teror, bukan jihad.
Dan masih banyak
lagi statemen-statemen Samudra yang menggiring opini publik untuk menjustifikasi
aksi-aksinya, yang sebenarnya justru itu menunjukkan kedustaan dan kebodohan
Imam Samudra dalam masalah agama. Semua itu akan dibantah tuntas di dalam buku
ini.
Buku ini
sekaligus memuat nasehat-nasehat dan peringatan kepada umat atas bahaya
kebatilan aliran terorisme dan para pengusungnya, yang ternyata pada masa ini
mereka sedang mempropagandakannnya kepada umat dengan sangat gencar. Baik
melalui ceramah, orasi, selebaran, buku, kaset, jaringan internernet, dan
sebagainya.
Karena itu perlu
adanya upaya nasehat dan peringatan yang serius kepada umat atas bahaya
tersebut, dalam rangka membentengi aqidah umat ini, terkhusus para generasi
muda, dari penyimpangan dan kesesatan. Kita semua wajib bekerja sama dengan
waliyyul amr dalam memerangi terorisme sebagaimana telah dihimbau oleh
pemerintah Indonesia dan lainnya, mudah-mudahan Allah selalu memberi hidayah
mereka dan melindungi mereka dari rongrongan jahat pihak-pihak yang ingin
menghancurkan negeri ini.
Amin Ya Rabbal
‘Alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar