Taqabbalallahu minnaa wa minkum... "Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian"

28 Apr 2010

BAHAYA BID’AH

Anggapan baik terhadap bid’ah berarti menganggap Islam seolah-olah belum sempurna
Syari’at islam telah sempurna, sehingga tidak memerlukan tambahan ataupun pengurangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah ku ridhoi islam sebagai agamamu.”( Qs. Al-Maidah: 3) Dan Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam tidaklah wafat kecuali telah menjelaskan seluruh perkara dunia dan agama yang dibutuhkan. Jika demuikian, maka maksud perkataan atau perbuatan bid’ah dari pelakunya adalah bahwa agama ini seakan-akan belum sempurna, sehingga perlu untuk dilengkapi, sebab amalan yang diperbuatnya dengan anggapan dapat mendekatkan diri kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala belum terdapat di dalamnya.
Ibnu Majisyun berkata : “Aku mendengar Imam malik berkata: “Barang siapa yang membuat bid’ah dalam islam dan melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka Sesungguhnya dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad rtelah berkhianat, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman Dalam Al-qur’an , “pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamu.” Maka apa yang pada hari itu tidak termasuk sebagai agama maka pada hari inipun bukan termasuk Agama.”( Asy-syatibi dalam Al-I’tisam).

25 Apr 2010

Ngalap Berkah ala Jahiliyyah

Ngalap berkah alias mencari berkah (التَّبَرُّكُ ) merupakan ibadah yang harus didasari keikhlasan dan ilmu, sebab sebagian orang salah dalam memahami makna ngalap berkah. Mestinya seseorang mencari berkah dari Allah -Ta’ala-, tapi mereka mencari berkah pada makhluk, dan tempat-tempat yang tidak dibenarkan oleh Allah -Azza wa Jalla-.
Realita ngalap berkah yang salah dan batil seperti ini, amat banyak kita temukan di bawah kolong langit. Tidak usah jauh melihat, lirik saja pemandangan aneh di Solo dengan adanya sekelompok manusia yang ngalap berkah (mencari berkah) dari seekor kerbau bernama "Kiyai Slamet". Sedihnya, mereka berebutan kotoran si kerbau dengan anggapan bahwa kotoran itu memiliki berkah yang bisa mendatang kebaikan dan menolak bala’. Na’udzu billah minasy syirki wa ahlihi.

22 Apr 2010

Tahukah Kamu

Suatu hari, di sebuah rumah…” Pokoknya mulai hari ini bapak dan ibu tidak boleh pergi ke dukun dan tidak boleh lagi sedekah bumi di laut kidul…, tidak boleh lagi ikut maulidan dan tahlilan…,!!! Celana bapak harus dipotong di atas mata kaki…, dan ibu harus pake cadar…! demikianlah instruksi seorang pemuda seperti kita – kita ini (yang baru ikut rohis kampus, baru ngaji dan baru jadi anggota LDK). ” Memangnya kenapa???” tanya sang ayah dengan nada tinggi. “Karena itu syirik, bid’ah dan maksiat…!” jawab sang anak sekenanya. “Kamu ini anak kemarin sore, tahu apa…!!!? Sudah, ga perlu macam – macam, kalo kamu tidak mau tinggal di sini lagi, keluar saja…!!!” tutup sang orang tua mengakhiri perdebatan di rumah kecil itu.
Di tempat yang lain, ada seorang juru dakwah dari rohis kampus namun “minim ilmu” kerap kali larut dalam ritual – ritual syirik/adat istiadat, larut dalam acara yang tidak ada tuntunan dari nabi, serta bermusik/berdangdur ria dengan dalih mendekati masyarakat sebelum mendakwahi mereka. Ketika ada seseorang yang menegernya, ” Akhi…itu kan acara syirik, tidak ada tuntunan dan maksiat??? Kenapa antum ikut larut di dalamnya???” “Lho, kita kan harus bersikap hikmah dalam berdakwah, kalo kita tidak ikut acara – acara seperti itu lebih dahulu maka masyarakat akan lari dan menjauhi kita. Bukankah islam itu rahmatan lil ‘alamin???” Jawab pemuda tadi sekenanya…

Kaidah Penetapan Nama dan Sifat Allah Ta’ala

Secara umum, manhaj ahlussunnah dalam menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah: Menetapkan nama dan sifat bagi Allah dengan nama dan sifat yang Dia sifatkan diri-Nya dengannya dan dengan apa yang para rasul-Nya sifatkan Dia dengannya, di atas dua kaidah ‘menetapkan tanpa menyerupakannya dengan makhluk’ dan ‘menyucikan sifat Allah dari penyerupaan dengan makhluk akan tetapi tidak sampai menolak sifat tersebut’. Allah Ta’ala telah menggabungkan kedua kaidah ini dalam firman-Nya, “Tidak ada sesuatu pun yang semisal dengan-Nya dan Dia lah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)

21 Apr 2010

Syi'ah dan Al Quran

Serupa tapi tak sama. Barangkali ungkapan ini tepat untuk menggambarkan Islam dan kelompok Syi'ah. Secara fisik, memang sulit dibedakan antara penganut Islam dengan penganut Syi'ah. Namun jika ditelusuri –terutama dari sisi aqidah- perbedaan di antara keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga, tidak mungkin disatukan.

Apa Itu Syi'ah?

Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang bersatu/berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah 3/61)

Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa` Wan Nihal 2/113, karya Ibnu Hazm)

Bid’ah tidak sama dengan Mashalih Mursalah maupun Istihsan

Banyak kalangan yang tergelincir dalam bid’ah karena rancu dalam memahami masalah ini. Mereka lantas berdalil dengan apa-apa yang tergolong mashalih mursalah untuk membenarkan amalan-amalan bid’ah. Karenanya, kita harus memahami perbedaan antara bid’ah, mashalih mursalah, dan istihsan secara fiqih; supaya jelas mana yang bid’ah dan mana yang bukan bid’ah.

Pertama-tama, kita harus tahu bahwa apa yang namanya ‘mashalih mursalah’ haruslah memperhatikan beberapa hal berikut:
A.    Ia harus sesuai dengan tujuan syari’at (yakni menjaga dien, akal, jiwa, harta, kehormatan, dan keturunan). Maksudnya, ia tidak boleh bertentangan dengan salah satu ajaran pokok syari’at, maupun dalil syar’i.
B.     Menentukan ada tidaknya maslahat -alias menggolongkan sesuatu ke dalam mashalih mursalah atau bukan- hanya bisa dilakukan pada hal-hal yang memang bisa dinilai secara logis. Artinya, bila kita renungkan dengan akal, akal bisa menerimanya.

16 Apr 2010

Menepis Pemahaman Keliru dalam Mengingkari Kemungkaran

Amar ma'ruf nahi munkar adalah poros penting adalam agama, walaupun hal itu sering disalahgunakan. Terkadang untuk kepentingan politik, hawa nafsu dan lain-lain. Banyak para pemuda yang memiliki semangat untuk memperjuangkan Islam salah langkah dalam hal ini. Dengan hanya berbekal sedikit ilmu dan besar semangat, mereka menyeret umat Islam yang tidak berdosa kepada pertumpahan darah yang sia-sia. Mereka tidak mengerti adab-adab dan tingkat-tingkat beramar ma'ruf nahi munkar sehingga mereka justru mengaburkan makna amar ma'ruf nahi munkar.

Hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang sering digunakan dan salah ditafsirkan adalah:

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَ ذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ.

Dari Abu Sa'id Al-Khudri radliyallahu 'anhu, ia mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa di antara kalian melihat sebuah kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika ia belum sanggup, maka hendaklah ia menggunakan lisannya.

15 Apr 2010

Membendung makar Syiah

Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah membimbingmu ke atas Siratal Mustaqim.
Bahwasanya orang-orang orientalis dan orang-orang syiah berusaha untuk merusak aqidah umat Islam. Mereka mencela, menuduh pengkhianat, bahkan kafir terhadap para Sahabat - murid-murid Rasululllah shallallahu waalaihi wa sallam.

Mereka membungkus kejahatan mereka dengan kata-kata yang indah, dengan memberikan tinjauan-tinjauan politik, ekonomi, sosial budaya terhadap Sejarah Islam, tetapi pada ujungnya mereka mencela para Sahabat.

Mengapa mereka mencela para Sahabat ?
Karena dengan mencela para sahabat mereka bermaksud untuk membatalkan Al-Quran dan Al-Hadits, karena lewat para Sahabatlah kita mengetahui Al-Quran dan Al-Hadits dan itulah tujuan mereka.

Mencela para Sahabat dengan tuduhan pendusta, pengkhianat, bahkan kafir berarti juga menuduh dakwah Rasulullah gagal. Mencela para Sahabat berarti juga mencela Rasulullah.

9 Apr 2010

Pernyataan Tentang Hakekat dan Syari’at

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (2697),Muslim (1718),Abu Dawud (4506) dan lbnu Majah( 14), dari hadits ‘Aisyah Radhiallahua’nha)

Tidak ada jalan selain jalan yang dilalui Rasul shalallahu ‘alaihi wassalam, tidak ada hakekat selain hakekat yang dibawa olehnya, dan tidak ada syari’at selain syari’atnya. Begitu juga tidak ada keyakinan, merainkan keyakinan yang beliau yakini. Tak seorangpun yang dapat menemui Allah, mencapai keridhaan, Jannah dan kehormatan dari-Nva, melainkan hanya dengan mengikuti Rasul shalallahu ‘alaihi wassalam baik lahir maupun batin.
Copyright 2010@All Rights Reserved By Abu Rumaisha
a
h
s
i
a
m
u
R
u
b
A