Taqabbalallahu minnaa wa minkum... "Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian"

23 Des 2014

Fatamorgana Pahala


Ketika menaiki kendaraan dicuaca yang sangat terik, diantara kalian mungkin pernah melihat kejadian fatamorgana, yakni jarak beberapa meter aspal yang ada didepan kita seakan-akan ada air yang tergenang, namun ketika kita mendekat air yang kita lihat dari kejauhan tadi menghilang dengan sendirinya, maka tertipulah orang yang mendekatinya.

Nah begitu juga dengan pelaku bid'ah, ketika ia mengamalkan amalan bid'ahnya, ia menyangka bahwa dirinya telah memperoleh pahala di sisi Allah Ta'ala.
Ketika beramal dirinya laksana orang yang kehausan, lalu melihat fatamorgana pahala dalam setiap amalan bid'ahnya, yang mana amalan tersebut bisa menambah pundi-pundi pahalanya, padahal ia tidak mendapatkan sesuatu apapun di sisi-Nya, jangankan pahala yang ada malah dihalau dari air telaga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di akherat nanti.

Orang yang berilmu tidak akan tertipu dengan bentuk fatamorgana seperti itu, ketika ia melihat ada bayangan air jauh didepannya, ia tau hal tersebut hanyalah fatamorgana, sehingga ia tidak bernafsu untuk menghampirinya, padahal ia butuh untuk menghilangkan dahaganya. Tetapi ia tau kalau ia menghampirinya, air yang ia lihat dikejauhan tersebut tiada lain hanyalah bayangan semu yang tiada artinya.

Sedangkan orang yang tidak berilmu, ia akan menghampiri fatamorgana yang terjadi dijalan beraspal tersebut, padahal air yang nyata-nyata ada di sungai tepi jalan tersebut tidak bernafsu untuk ia dekati. Maka itu orang yang kosong ilmunya, ia tidak bernafsu untuk mengamalkan ibadah yang sudah jelas ada perintahnya, sedangkan ibadah yang tidak jelas perintah dan pahalanya bersungguh-sungguh dalam mengamalkannya. 

Tidak seperti pelaku bid'ah dalam beribadah, orang yang berilmu tidak akan tertipu dengan amalan bid'ah, karena ia tau kalau seandainya ia kerjakan, amalan tersebut tidak akan diganjar pahala sedikitpun alias tertolak.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak." (HR. Muslim no. 1718)

Oleh karenanya, orang yang berilmu menggabungkan antara ilmu dan ibadah. Dimana mereka tidak mengerjakan suatu ibadah, kecuali setelah mereka mengetahui dan mengilmui dulu urusan ibadah tersebut, apakah ada perintahnya atau tidak, dan kalau ada perintahnya mereka akan mengerjakan.

Sebagai contoh, ketika kita diperintahkan oleh syari'at untuk shalat, tentunya kita harus mengilmui dulu bagaimana sifat shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak mungkin toh kita mengerjakan shalat menurut aturan kita masing-masing, jumlah raka'atnya berapa, takbirnya bagaimana, bacaannya seperti apa dan lainnya.

Bandingkan orang yang beribadah tanpa didasari ilmu, ia akan terjebak dengan berbagai amalan yang ditawarkan oleh produsen dan sales bid'ah, tanpa harus ia ilmui terlebih dahulu apakah amalan yang diajarkan tersebut ada perintahnya apa tidak.

Imam besar umat islam, Imam Bukhari rahimahullah berkata: "Al-'Ilmu Qoblal Qouli wal 'Amali", Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal. Perkataan tersebut lahir dari firman Allah Ta'ala: "Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu." (QS. Muhammad: 19)

Dari ayat yang mulia diatas, Allah Ta'ala memulai dengan ilmu sebelum seseorang mengucapkan syahadat, sebab kalimat syahadat merupakan syarat seseorang dikatakan telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka itu ia harus mengilmui dulu syarat dan rukun syahadat tersebut serta konsekwensi ketika kita mengucapkan syahadatain dan tidak lupa kita juga harus mengilmui jug apembatal-pembatal syahadat tersebut.

Maka itu tidak jarang kita dapati seorang yang mengaku muslim yang tidak paham tentang syahadatain, ketika mengucapkan la ilaha illallah dengan lisannya, namun secara bersamaan dengan itu, dia tetap melakukan kesyirikan seperti menyembah kuburan, berdo’a dan bertawasul dengan orang-orang yang sudah mati, menyembelih untuk selain Allah dan kesyirikan yang lainnya, akhirnya batallah keislaman dan keimanan yang ia sandang selama ini.

Maka benarlah perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah: "Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun tadi akan mendapatkan kesulitan dan sulit untuk selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak difuji bahkan dapat celaan."

'Umar bin Abdul Aziz juga pernah berkata: "Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh." (Majmu 'Al Fatawa, 2: 282) 

Namun yang perlu digaris bawahi, ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu yang benar-benar sesuai dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits Shahih, ilmu yang datang dari perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dipraktekkan langsung oleh para shahabat radhiallahu 'anhu. Bukan ilmu yang datang dari ajaran para kyai, atau ilmu menurut perkataan dan pemahaman para kyai.

Oleh karenanya wajib bagi kita untuk menuntut ilmu syar'i, karena ilmu tersebut jalan untuk menuju keselamatan baik didunia maupun di akherat kelak. Orang yang jahil akan ilmu agama disifati Allah Ta'ala sebagai seorang yang buta yang tidak bisa melihat kebenaran dan kebaikan. Allah Ta'ala berfirman: "Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu adalah Al-haq (kebenaran) sama dengan orang yang buta? (tidak mengetahui al-haq." (QS. Ar-Ra'd: 19)

Semoga Allah Ta'ala memberikan taufiq kepada kita semua untuk senantiasa selalu beribadah didasari dengan ilmu (berdasarkan Qur'an dan Sunnah). Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.

Wallahu a'lam.

Abu Rumaisha - Kota Seribu Sungai

1 komentar:

Copyright 2010@All Rights Reserved By Abu Rumaisha
a
h
s
i
a
m
u
R
u
b
A