Taqabbalallahu minnaa wa minkum... "Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian"

12 Jun 2014

Nisfu Sya'ban

Disebuah kampoeng, terjadi dialog antara dua tetangga...

I: Idrus
R: Ramli

Idrus: "Bro kamu sih ngga siap-siap pergi ke masjid untuk menghidupkan malam nisfu sya'ban"

Ramli: "Ma'af teman saya tidak akan pernah lagi mengikuti ritual malam nisfu sya'ban"

Idrus: "What...!! Are you crazy !! Apa kamu sudah tidak merasa mempunyai dosa sedikitpun, malam ini kan malam pengampunan dosa, masa kamu sia-siakan kesempatan emas ini."

Ramli: "Memang benar, malam nisfu sya'ban adalah malam pengampunan dosa, tapi saya tidak mau ikut-ikutan latah mengikutinya"



Idrus: "Lantas kenapa kamu tidak mau bergabung dengan jama'ah yang lain. Apakah kamu sudah terpengaruh ajaran wahabi yang mengatakan ritual perayaan malam nisfu sya'ban adalah bid'ah kuadrat"

Ramli: "Ma'af teman, bukan hanya wahabi yang melarang mengkhususkan ibadah dimalam nisfu sya'ban, tetapi setelah saya baca dikitab "Durratun Nasihin" yang mana kitab tersebut menjadi pegangan ustadz dan kyai aswaja, kalau tidak khilaf di Juz 3 halaman 69 - 83, berbunyi: Maka seyogyanya bagi orang yang lemah agar supaya menghindari perbuatan yang mungkar itu (nisfu sya'banan ) dengan tidak mengunjungi jama'ah dimalam pertengahan bulan sya'ban, bahkan mencukupkan shalat di rumah saja kalau tidak dia dapatkan masjid yang terhindar dari perbuatan bid'ah. Wajib bagi dirinya untuk tidak mengunjungi masjid yang sudah terbukti terdapat sesuatu yang mungkar. Karena mengunjunginya tanpa pengingkaran menimbulkan persangkaan bagi orang awam bahwa perbuatan tersebut adalah dibolehkan atau malah dianggap sunnah mendatanginya. Maka kunjungan tersebut menjadi perbuatan syubhat yang besar (dosanya) yang menurut perkiraan orang awam bahwa perbuatan tersebut dianggap baik menurut syara' (agama).

Pokoknya, bahwa sesungguhnya malam itu (malam nisfu sya'ban) meskipun telah ada beberapa hadits yang berbilang akan tetapi tidak seharusnya seseorang mengagung-agungkannya sebab ia dicela oleh Allah serta Diapun melarangnya.

Maka seharusnya bagi seorang muslim di zaman sekarang ini berhati-hati dari tipu daya dan dari kecondongan kepada perbuatan bid'ah atau hal yang baru (tidak berdasarkan dari Allah dan Rasul-Nya) meskipun hanya sedikit, bahkan seharusnya dia menjaga agamanya dari segala macam bid'ah yang dia senangi atau yang dia bisa tumbuh di dalam bid'ah itu.

Begitulah teman kurang lebih isi dalam kitab tersebut, kemudian diantara yang meyakinkan saya untuk bilang "say good bye" dengan ritual malam nisfu sya'ban adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mengajak para shahabat untuk berkumpul dimasjid agar bersama-sama membaca surat yasin, shalat taubat dan beberapa dzikir lainnya."

Idrus: "Saya tidak sudi ritual malam nisfu sya'ban dan berpuasa disiang harinya dikatakan sebagai bid'ah munkarah, karena saya pernah membaca ada hadits shahih yang menjelaskan malam nisfu sya'ban adalah malam pengampunan dosa, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Sesungguhnya Allah akan benar-benar melihat dimalam nisfu bulan sya'ban dan Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali untuk seorang musyirik atau musyahin' hadits ini bahkan disahihkan oleh ulama wahabi (syaikh Albani). Jangan-jangan isi kitab Durratun Nasihin versi terjemahan Indonesia tersebut sudah dirobah oleh kaum wahabi"

Ramli: "Jaga lisanmu teman, kamu jangan seperti penganut agama syi'ah la'natullah yang menuduh para shahabat telah merubah dan mengurangi banyak ayat Al Qur'an, harusnya ketika mereka meluruskan amalan kita yang salah, maka sebaiknya kita ucapkan jazaakallahu khoir. Harusnya kamu yang kroscek dikitab tersebut, apakah benar dalam bab kitab tersebut membid'ahkan amalan nisfu sya'ban, jangan hanya mencukupkan apa kata kyai saja. Saya rasa baik itu kitab terjemahan dengan kitab aslinya tidak ada perbedaan.

Berkenaan hadits yang kamu katakan diatas, memang benar hadits tersebut shahih, tapi sayangnya segelintir umat islam terlalu lebay dalam mengamalkan hadits tersebut, sehingga dibuat-buatlah berbagai bentuk peribadatan dalam menyambut malam pengampunan tersebut, lagipula hadits-hadits yang memerintahkan untuk beribadah dimalam nisfu dan berpuasa disiangnya berkisar pada hadits lemah dan palsu."

Idrus: "Lantas kenapa kalau memang benar isi dari kitab tersebut membid'ahkan ritual nisfu sya'ban para ustadz dan kyai yang menjadikan kitab tersebut sebagai rujukan mereka tidak mengajarkannya kepada jama'ahnya, kan aneh"

Ramli: "Kamu jangan heran wahai temanku, jangankan kitab durratun nasihin, wong kitab Imam Syafi'i rahimahullah saja tidak mereka pakai, padahal mereka ngakunya bermadzhab syafi'i, seperti halnya dalam kitab Al Umm, beliau membid'ahkan acara berkumpul di rumah keluarga mayyit, dan beliau juga melarang beribadah dikuburan, meninggikan kuburan bahkan beliau berpendapat tidak sampainya pahala bacaan qur'an kepada mayyit, juga beliau menganjurkan agar membaca surat Al Kahfi dimalam dan disiang jum’atnya, namun apa yang terjadi para kyai dan tuan guru tersebut menyelisi ajaran imam Syafi'i. Dan ajibnya lagi para jama'ahnya lebih percaya dengan perkataan kyai (hadits KW) daripada perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."

Idrus: "Ah mana buktinya jamaah aswaja lebih percaya kepada perkataan kyainya, kamu ini berbicara seperti layaknya ustadz wahabi."

Ramli: "Mau bukti !! Tuh liat malam nanti orang-orang pada membeludak mengikuti ritual malam nisfu sya'ban, bahkan yang jarang shalat sampai yang tidak pernah shalatpun ikut nimbrung diritual tersebut, padahal hadits-hadits seputar beribadah dimalam nisfu sya'ban tersebut kalau tidak lemah ya palsu. Bandingkan dengan hadits shahih yang datangnya dari lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka seakan dingin (tidak bersemangat) untuk mengamalkannya. Contohnya seperti keutamaan malam lailatul qadr, setiap amalan didalamnya, pahala dan ganjarannya lebih baik daripada 1000 bulan yang tidak terdapat Lailatul Qadr (1000 bulan setara dengan 83 tahun 4 bulan). Namun apa yang terjadi dengan umat islam, di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan tersebut, jama'ah yang membludak taraweh diawal ramadhan, ketika dihari-hari datangnya lailatul qadr mereka malah sibuk dipusat perbelanjaan untuk persiapan hari raya.

Contoh lainnya, ketika kita dianjurkan untuk berpuasa dihari Arafah, karena mempunyai keutamaan yang sangat besar {Menghapuskan dosa-dosa (dosa kecil) setahun yang lalu dan (setahun) yang akan datang}. Kemudian juga keutamaan dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya. Faktanya toh tidak ada diantara pelaku bid'ah yang bersemangat melakukan amalan tersebut seperti ketika mereka bersemangat beribadah dinisfu sya'ban, padahal amalan yang saya sebutkan barusan tidak kalah pahalanya dengan amalan yang bersumber dari hadits palsu."

Idrus: "Saya heran kamu ini seorang NU tulen apa seorang pengikut wahabi, kok aneh sebagai warga NU kerjaannya mengkritisi amalan yang sudah mendarah daging dilakukan warga NU."

Ramli: "Saya NU tulen, bukan NU KW, ajaran NU yang sebenarnya itu adalah seperti apa yang diajarkan pendiri NU (KH. Hasyim Asy'ari), dan ajaran beliau sangat mirip dengan ajaran wahabi, diantaranya seperti membid'ahkan perayaan ultah kematian, maulid Nabi, beliau juga sangat benci dengan agama Syi'ah.

Oh ya perlu saya ingatkan, berkaitan dengan jatuhnya nisfu sya'ban dihari jum'at, maka ada hadits yang melarang berpuasa dihari jum'at, kecuali disertai dengan berpuasa dihari sebelumnya atau sesudahnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum'at kecuali jika ia berpuasa pula pada hari sebelum atau sesudahnya." (HR. Bukhari no. 1849 dan Muslim no. 1929).

Dari Juwairiyah binti Al Harits radhiyallahu 'anha, "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menemuinya pada hari Jum’at dan ia dalam keadaan berpuasa, lalu beliau bersabda, "Apakah engkau berpuasa kemarin?" "Tidak", jawabnya. "Apakah engkau ingin berpuasa besok?", tanya beliau lagi. "Tidak", jawabnya lagi. "Batalkanlah puasamu", kata Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1986).

Dan asal tau saja Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memperbanyak puasa dibulan sya'ban, bukan hanya dipertengahan sya'ban."

Idrus: "....???!!!??? (skak mat)"

Abu Rumaisha Al Banjary - Kota Seribu Sungai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright 2010@All Rights Reserved By Abu Rumaisha
a
h
s
i
a
m
u
R
u
b
A