Tanya : Saya
telah beberapa kali membaca buku, internet, atau yang lainnya yang
menyebutkan Syi’ah mencela beberapa shahabat yang utama seperti Abu
Bakar, ’Umar, ’Utsman, dan yang lainnya. Bahkan sebagian diantara
mereka malah mengkafirkannya. Bagaimana sebenarnya Islam melihat hal
ini ?
Jawab : Allah ta’ala berfirman :
وَالسّابِقُونَ
الأوّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالّذِينَ اتّبَعُوهُم
بِإِحْسَانٍ رّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدّ لَهُمْ
جَنّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَداً ذَلِكَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridla
kepada mereka dan mereka pun ridla kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At-Taubah : 100).
Dalam
ayat di atas Allah telah memberikan keridlaan secara khusus kepada kaum
Muhajirin dan Anshar. Merekalah para shahabat Rasul, yang masuk di
dalamnya : Abu Bakar, ’Umar, ’Utsman, ’Ali, ’Aisyah, Hafshah, dan yang
lainnya radliyallaahu ’anhum ajma’in. Tidak ada umat Muhammad shallallaahu ’alaihi wasallam yang dipuji dan diberikan keridlaan secara khusus selain para shahabat radliyallaahu ’anhum. Allah pun menyebut sebab keutamaan para shahabat melalui firman-Nya :
مّحَمّدٌ
رّسُولُ اللّهِ وَالّذِينَ مَعَهُ أَشِدّآءُ عَلَى الْكُفّارِ رُحَمَآءُ
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكّعاً سُجّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مّنَ اللّهِ
وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مّنْ أَثَرِ السّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإِنجِيلِ كَزَرْعٍ
أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىَ عَلَىَ سُوقِهِ
يُعْجِبُ الزّرّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفّارَ وَعَدَ اللّهُ الّذِينَ
آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصّالِحَاتِ مِنْهُم مّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
”Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya (yaitu para
shahabat) adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih-sayang sesama mereka; kamu lihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridlaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada
muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan
hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih
di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al-Fath : 29).
Keridlaan
yang Allah berikan adalah karena pembelaan mereka kepada Islam dengan
keikhlasan jihad yang mereka lakukan. Sejarah telah membuktikannya.
Mereka adalah kaum yang bersegera melakukan amal shalih dan taubat. Kecintaan
mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya lebih besar daripada kecintaan
mereka terhadap diri dan keluarga mereka sendiri. Maka, Allah
memberikan mereka janji yang pasti akan ampunan dan pahala yang besar
(sebagaimana dalam dua ayat di atas).
Selain itu, Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam telah memberitakan bahwa para shahabat adalah sebaik-baik generasi manusia yang dilahirkan diantara umatnya :
خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
Sebaik-baik
manusia adalah generasiku (yaitu para shahabat), kemudian generasi
setelahnya (yaitu tabi’in), dan setelahnya (atba’ut-tabi’in)” (HR. Bukhari no. 3451 – tartib maktabah sahab dan Muslim no. 2535; mutawatir).
Jikalau
demikian, maka bagaimana halnya jika ada segelintir/segolongan orang
yang mencela para shahabat secara umum, apalagi yang mereka cela adalah
para shahabat yang utama (Abu Bakar, ’Umar, dan ’Utsman) ? atau bahkan
mengkafirkannya ? [1] Tidak syakk (ragu) bahwa mereka adalah orang-rang bodoh lagi sesat yang kebodohan dan kesesatannya melebihi binatang ternak. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam telah bersabda :
لا تسبوا أصحابي لا تسبوا أصحابي فوالذي نفسي بيده لو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما أدرك مد أحدهم ولا نصيفه
”Kalian
jangan mencela para shahabatku, kalian jangan mencela para shahabatku !
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang
diantara kalian menyedekahkan emas sebesar Gunung Uhud niscaya tidak
akan menyamai satu mudd (shadaqah) salah seorang dari mereka atau
bahkan setengahnya muddnya” (HR. Bukhari no. 3470 – tartib maktabah sahab –, Muslim no. 2540, Tirmidzi no. 3861, Abu Dawud no. 4658, Ibnu Majah no. 161, dan Ahmad no. 11534).
Lalu, apa hukumnya mencela para shahabat radliyallaahu ’anhum
? Para ulama sepakat tentang keharamannya. Bahkan para imam besar
Ahlus-Sunnah seperti Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan yang
lainnya telah mengkafirkannya kaum Syi’ah atas hal ini. Al-Hafidh Ibnu
Katsir menukil perkataan Imam Malik tentang kekafiran Syi’ah Rafidlah
yang membenci para shahabat, dimana beliau (Imam Malik) mengatakan :
لأنهم يغيظونهم ومن غاظ الصحابة رضي الله عنهم فهو كافر لهذه الاَية
“Karena
mereka membenci para shahabat, dan barangsiapa membenci para shahabat,
maka ia telah kafir berdasarkan ayat ini (yaitu QS. Al-Fath : 29)”
[lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Fath : 29).
Kesimpulan : Orang/kaum
yang membenci dan mencela para shahabat adalah orang yang paling sesat,
dan bahkan (bisa menjadi) kafir menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan
mencela para shahabat, mereka hendak membatalkan Islam (karena Islam
sampai kepada kita melalui para shahabat – termasuk Al-Qur’an dan
As-Sunnah). Kita perlu mewaspadai tipu daya orang Syi’ah untuk memecah
belah aqidah dan persatuan kaum muslimin [2]. Allaahu a’lam.
[1] Sedikit
contoh yang bisa kami berikan : Khomeini berkata tentang Abu Bakar dan
‘Umar : “Kami tidak ada urusannya dengan dua tokoh itu (yaitu Abu Bakar
dan ‘Umar) dalam mengacak-acak Al-Qur’an, mempermainkan hukum Tuhan;
dalam apa yang mereka halalkan dan haramkan serta perbuatan keji
mereka…”. Mengenai ‘Utsman, Mu’awiyyah, dan Yazid; ia (Khomeini)
berkata : “Orang-orang bodoh dan berkepala batu serta keji seperti itu
tidak akan mampu menduduki kursi imamah atau pemimpin yang harus
ditaati”. [Lihat Kasyful-Asrar oleh Khomeini halaman 126-127].
Bahkan
seorang ulama Syi’ah yang bernama Thabrusi dalam bukunya
Fashlul-Khithab (halaman 82) telah menuliskan/menyusun doa khusus :
“Doa Laknat kepada Dua Berhala Quraisy” (maksudnya : Abu Bakar dan
‘Umar). Itulah kedustaan dan kesesatan mereka yang amat sangat. Nas’alullaaha As-Salamah wal-‘Afiyah.
[2] Kami
perlu mengingatkan kepada saudara-saudaraku kaum muslimin untuk
mewaspadai Penerbit-Penerbit buku dalam negeri yang digunakan sebagai
corong penebar pemikiran Syi’ah seperti : Mizan, As-Sajjad, Pustaka
Hidayah, dan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar