Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Berikut ringkasannya seperti yang dikatakan oleh At-Tirmidziy rahimahullah :
واختلف
أهل العلم في القنوت في الوتر، فرأى عبد الله بن مسعود القنوت في الوتر في
السنة كلها، واختار القنوت قبل الركوع. وهو قول بعض أهل العلم. وبه يقول
سفيان الثوري وابن المبارك وإسحق وأهل الكوفة. وقد روي عن علي بن أبي طالب
أنه كان لا يقنت إلا في النصف الآخر من رمضان، وكان يقنت بعد الركوع. وقد
ذهب بعض أهل العلم إلى هذا. وبه يقول الشافعي وأحمد.
“Para
ulama berbeda pendapat tentang qunut yang dilakukan pada shalat witir.
‘Abdullah bin Mas’uud berpendapat bahwa qunut pada shalat witir
sepanjang tahun, dan ia memilih qunut tersebut dilakukan sebelum rukuk.
Itu merupakan pendapat sebagian ulama. Itulah pendapat yang dipegang
oleh Sufyaan Ats-Tsauriy, Ibnul-Mubaarak, Ishaaq, dan penduduk Kuufah.
Dan telah diriwayatkan dari ‘Aliy bin Abi Thaalib bahwasannya ia tidak
melakukan qunut kecuali pada setengah akhir bulan Rmadlaan, yang
dilakukan setelah rukuk. Sebagian ulama berpendapat dengan ini. Inilah
pendapat yang dipegang oleh Asy-Syaafi’iy dan Ahmad” [Sunan At-Tirmidziy, 1/479-480].
Ibnu Abi Syaibah rahimahullah berkata :
حدثنا ابن عليه عن أيوب عن نافع عن ابن عمر أنه كان لا يقنت إلا في النصف يعني من رمضان
Telah
menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ulayyah, dari Ayyuub, dari Naafi’, dari
Ibnu ‘Umar : Bahwasannya ia tidak melakukan qunut kecuali pada setengah
bulan Ramadlaan [Al-Mushannaf, 2/304].
Sanad riwayat ini shahih.
حدثنا
محمد بن بشر قال حدثنا سعيد عن قتاده عن الحسن أن أبيا أم الناس في خلافه
عمر فصلى بهم النصف من رمضان لا يقنت فلما مضى النصف قنت بعد الركوع ....
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Sa’iid (bin Abi ‘Aruubah), dari Qataadah, dari
Al-Hasan (Al-Bashriy) : Bahwasannya Ubay pernah mengimami manusia di
jaman kekhilafahan ‘Umar. Ia shalat bersama mereka setengah bulan
Ramadlan tanpa melakukan qunut. Ketika lewat setengah (pertama) bulan
Ramadlaan, ia melakukan qunut setelah rukuk….” [Diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Syaibah, 2/304].
Qataadah mempunyai mutaba’ah dari
Yuunus bin ‘Ubaid sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1429.
Sanad riwayat ini lemah karena adanya keterputusan antara Al-Hasan
dengan Ubay/‘Umar.
حدثنا
أحمد بن محمد بن حنبل، ثنا محمد بن بكر، أخبرنا هشام، عن محمد عن بعض
أصحابه أن أبيّ بن كعب أمَّهم يعني في شهر رمضان وكان يقنت في النصف الآخر
من رمضان.
Telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Hanbal : Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakr : Telah mengkhabarkan kepada
kami Hisyaam, dari Muhammad, dari sebagian shahabatnya : Bahwasannya
Ubay bin Ka’b mengimami mereka pada bulan Ramadlan, dan ia melakukan
qunut pada pertengahan akhir bulan Ramadlaan [Diriwayatkan oleh Abu
Daawud no. 1428].
Sanad ini lemah, karena mubham-nya syaikh dari Muhammad (bin Siiriin).
نا
الربيع بن سليمان المرادي نا عبد الله بن وهب أخبرني يونس عن بن شهاب
أخبرني عروة بن الزبير أن عبد الرحمن بن عبد القاري وكان في عهد عمر بن
الخطاب مع عبد الله بن الأرقم على بيت المال أن عمر خرج ليلة في رمضان
فخرج معه عبد الرحمن بن عبد القاري فطاف بالمسجد وأهل المسجد أوزاع
متفرقون يصلي الرجل لنفسه ويصلي الرجل فيصلي بصلاته الرهط فقال عمر والله
إني أظن لو جمعنا هؤلاء على قارئ واحد لكان أمثل ثم عزم عمر على ذلك وأمر
أبي بن كعب أن يقوم لهم في رمضان فخرج عمر عليهم والناس يصلون بصلاة
قارئهم فقال عمر نعم البدعة هي والتي تنامون عنها أفضل من التي تقومون
يريد آخر الليل فكان الناس يقومون أوله وكانوا يلعنون الكفرة في النصف
اللهم قاتل الكفرة الذين يصدون عن سبيلك ويكذبون رسلك ولا يؤمنون بوعدك
وخالف بين كلمتهم وألق في قلوبهم الرعب وألق عليهم رجزك وعذابك إله الحق
ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ويدعو للمسلمين بما استطاع من خير
ثم يستغفر للمؤمنين قال وكان يقول إذا فرغ من لعنة الكفرة وصلاته على
النبي واستغفاره للمؤمنين والمؤمنات ومسألته اللهم إياك نعبد ولك نصلي
ونسجد وإليك نسعى ونحفد ونرجو رحمتك ربنا ونخاف عذابك الجد ان عذابك لمن
عاديت ملحق ثم يكبر ويهوى ساجدا
Telah
mengkhabarkan kepada kami Ar-Rabii’ bin Sulaimaan Al-Muraadiy : Telah
mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb : Telah mengkhabarkan
kepadaku Yuunus, dari Ibnu Syihaab : Telah mengkhabarkan kepadaku
‘Urwah bin Az-Zubair : Bahwasannya ‘Abdurrahmaan bin ‘Abdil-Qaariy –
dimana ia bersama ‘Abdullah bin Al-Arqam pada jaman kekhalifahan ‘Umar
bin Al-Khaththaab dipercaya mengurus Baitul-Maal -, berkata :
Bahwasannya ‘Umar pernah keluar bersama ‘Abdurrahmaan bin ‘Abdil-Qaariy
pada suatu malam pada bulan Ramadlaan. Lalu mereka berkeliling masjid
dan mendapatkan orang-orang di mesjid terbagi-bagi lagi tidak bersatu,
seseorang shalat sendiri dan yang lainnya mengimami shalat sejumlah
orang. Maka ‘Umar berkata : “Demi Allah, aku berpendapat seandainya
kita kumpulkan mereka pada satu imam saja tentunya akan lebih baik”.
Kemudian ‘Umar bertekad untuk itu dan memerintahkan Ubay bin Ka’b untuk
mengimami shalat malam mereka di bulan Ramadlan. Lalu ‘Umar radliyallaahu ‘anhu keluar
menemui mereka lagi dalam keadaan orang-orang shalat di belakang satu
imam, sehingga ‘Umar berkata : “Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini dan
yang tidur (tidak ikut) lebih utama dari yang ikut shalat – ia
memaksudkan bahwa (yang shalat) di akhir malam (lebih utama), karena
pada saat itu orang-orang melakukan shalat tarawih di awal malam.
Mereka melaknati orang kafir pada separuh bulan Ramadlan dengan
doa : ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang kafir yang menghalangi
(orang) dari jalan-Mu, mendustakan para Rasul-Mu, dan tidak beriman
dengan janji-Mu. Cerai-beraikan persatuan mereka dan timpakanlah rasa
takut di hati-hati mereka, serta timpakanlah siksaan dan adzab-Mu pada
mereka, wahai tuhan yang haq’. Kemudian (mereka) bershalawat kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan berdoa untuk kebaikan
kaum muslimin semampunya, kemudian memohon ampunan untuk kaum
mukminin’……” [Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah no. 1100].
Sanad riwayat ini shahih.
حدثنا محمد بن بكر عن ابن جربج قال قلت لعطاء القنوت في شهر رمضان قال عمر أول من قنت قلت النصف الآخر أجمع قال نعم
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakr, dari Ibnu Juraij, ia
berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Athaa’ (bin Abi Rabbaah) tentang
qunut yang dilakukan di bulan Ramadlaan. Ia menjawab : “’Umar adalah
orang yang pertama melakukan qunut”. Aku bertanya kembali : “Setengah
terakhir secara keseluruhan ?”. Ia menjawab : “Ya” [Diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Syaibah, 2/304].
Sanad riwayat ini shahih sampai ‘Athaa’.
حدثنا وكيع عن عباد بن راشد عن الحسن أنه كان يقنت في النصف من رمضان .
Telah
menceritakan kepada kami Wakii’, dari ‘Abbaad bin Raasyid, dari
Al-Hasan (Al-Bashriy) : Bahwasannya ia melakukan qunut pada setengah
bulan Ramadlaan [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/304].
Sanad riwayat ini hasan.
حدثنا يحيى بن سعيد عن المهلب بن حبيبة قال سألت سعيد بن أبي الحسن عن القنوت فقال في النصف من رمضان كذلك علمنا
Telah
menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sa’iid (Al-Qaththaan), dari
Al-Muhallab bin Habiibah, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada
Sa’iid bin Abil-Hasan[1]
tentang qunut. Lalu ia menjawab : “Dilakukan pada setengah bulan
Ramadlaan. Begitulah yang kami ketahui” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah, 2/304].
Sanad riwayat ini hasan.
حدثنا أزهر السمان عن ابن عون عن إبراهيم أنه كان يقول القنوت في السنة كلها قال وكان ابن سيرين لا يراه إلا في النصف من رمضان
Telah
menceritakan kepada kami Azhar As-Samaan, dari Ibnu ‘Aun, dari
Ibraahiim (An-Nakha’iy) : Bahwasannya ia berkata : “Qunut dilakukan
sepanjang tahun”. Ia melanjutkan : “Adapun Ibnu Siiriin tidak memandang
hal itu dilakukan kecuali pada setengah bulan Ramadlaan saja”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/304].
Sanad riwayat ini shahih.
Beberapa
riwayat di atas menunjukkan di antara salaf ada yang memutlakkan qunut
pada setengah bulan Ramadlan saja (tanpa menentukan awal atau akhir),
dan yang lain mengatakan setengah terakhir bulan Ramadlan.
Adapun yang ternukil dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
حدثنا
علي بن ميمون الرقي ثنا مخلد بن يزيد عن سفيان عن زبيد اليامي عن سعيد بن
عبد الرحمن بن أبزي عن أبيه عن أبي بن كعب أن رسول الله صلى الله عليه
وسلم كان يوتر فيقنت قبل الركوع
Telah
menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Maimuun Ar-Raqiy : Telah
menceritakan kepada kami Makhld bin Yaziid, dari Sufyaan, dari Zaid
Al-Yaamiy, dari Sa’iid bin ‘Abdirrahmaan bin Abziy, dari ayahnya, dari
Ubay bin Ka’b : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam shalat witir lalu qunut sebelum rukuk [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 1182].
Dinyatakan shahih oleh Al-Albaaniy.
Riwayat-riwayat semisal yang marfu’ dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan kapan dilakukannya qunut, sehingga dipahami bahwa dalil itu bersifat mutlak. Yaitu, qunut witir masyru’ dilakukan
sepanjang tahun (setiap waktu yang disyari’atkan). Tidak terbatas hanya
bulan Ramadlaan, atau setengah bulan Ramadlaan saja.
Inilah yang raajih, sebagaimana dikatakan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baaz rahmahullah [lihat : http://www.binbaz.org.sa/mat/15416].
Namun
seandainya ada kaum muslimin yang meninggalkan qunut pada shalat witir,
maka ini tidak apa-apa, karena ia hukumnya sunnah (tidak wajib). Atau
seandainya hanya melakukan pada setengah bulan Ramadlan, ini pun tidak
apa-apa, karena mereka mempunyai salaf dalam perbuatan mereka.
Wallaahu a’lam.
Semoga bahasan kecil ini ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 16610].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar