Taqabbalallahu minnaa wa minkum... "Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian"

14 Okt 2012

Dialog Dengan Quburiyyun

Suatu malam di kuburan…

Ikhwan: “Lho…koq kita malah kemari?”

Quburiyyun: “Iya…mampir sebentar. Ada sedikit keperluan?”

Ikhwan: “Ada keperluan apa di kuburan malam2 begini?…”

Quburiyyun: “Besok kita kan mau pergi safar mendaki gunung, jadi kita perlu ziarah kemari.”

Ikhwan: “Memang apa hubungannya pergi safar dengan ziarah kubur?”

Quburiyyun: “Ya ada, Supaya kepergian kita nanti lebih selamat & dimudahkan Allah.”

Ikhwan: “Wah tidak boleh itu. Kalau ingin selamat & dimudahkan kenapa tidak berdoa langsung kepada Allah? Kenapa harus ada acara ziarah kubur?”

Quburiyyun: “Ziarah kubur itu dianjurkan dalam Islam, banyak dalilnya. Jangan seperti Wahhabi yg melarang ziarah kubur.”



Ikhwan: “Memang ziarah kubur dianjurkan dalam Islam & banyak dalilnya. Lagipula Wahhabi tidak mutlak melarang ziarah kubur.
Yang dilarang adalah ziarah kubur yg menyelisihi syariat.”

Quburiyyun: “Seperti apa ziarah kubur yg syar’i?”

Ikhwan: “Kita sebatas mengucapkan salam kepada penghuni kubur & mendoakannya, selain itu untuk mengingatkan kita kepada kematian.”

Quburiyyun: “Nah…saya juga seperti itu ziarah kuburnya. Jadi ziarah saya ini sesuai syar’i. Jadi kenapa kamu melarang?”

Ikhwan: “Bukankah kamu tadi mengatakan bahwa niatmu ziarah kubur disini supaya kepergian kita besok bisa lebih selamat & dimudahkan Allah?”

Quburiyyun: “Iya, bukankah itu termasuk dari mendoakan juga? Apa yg salah?”

Ikhwan: “Berarti kamu meminta keselamatan & kemudahan kepada orang yg sudah mati atau penghuni kubur ini. Perbuatan seperti itu adalah perbuatan syirik, karena meminta keselamatan & kemudahan kepada selain Allah.
Bukankah yg bisa memberikan keselamatan & kemudahan hanyalah Allah?”

Quburiyyun: “Saya tidak meminta keselamatan & kemudahan kepada penghuni kubur ini. Saya juga tahu bahwasanya hanya Allah yg mampu memberikan keselamatan & kemudahan.”

Ikhwan: “Kalau kamu mengetahuinya, lantas kenapa harus mendatangi kuburan ini?
Kenapa tidak berdoa langsung kepada Allah di rumah atau di masjid?”

Quburiyyun : “Saya hanya bertawassul (menjadikan wasilah/perantara) kepada penghuni kuburan ini. Karena pemiliki kuburan ini adalah orang shalih atau wali Allah. Saya meminta kepada penghuni kubur ini agar mendoakan saya kepada Allah. Saya tidak meminta langsung kepada penghuni kubur ini, tapi hanya menjadikan dia sebagai perantara saja.”

Ikhwan: “Kenapa kamu menjadikan orang yg sudah mati sebagai perantara? Bukankah dia tidak bisa berbuat apa2 lagi sekarang? Ketika orang ini masih hidup, dia tidak mampu memberi kamu keselamatan, apalagi ketika dia telah meninggal? Lebih tidak mampu lagi. Hanya Allah yg mampu memberi keselamatan & atas izin-Nya.”

Quburiyyun: “Kamu jangan berkata seperti itu, penghuni kubur ini adalah orang shalih, nanti kamu bisa kualat jika berkata seperti itu!
Wali Allah itu tidak sama dengan orang biasa.”

Ikhwan: “Berdoalah kepada Allah secara langsung tanpa melalui perantara kepada orang yg sudah mati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Dan Rabbmu berfirman: ”Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.’ (QS. Al-Mukmin : 60)”

Quburiyyun : “Kamu telah keliru dalam memahami makna tawassul. Sesungguhnya bila ada salah seorang diantara kita mempunyai urusan dengan seorang Raja atau Penguasa atau Menteri yg memiliki kedudukan yg sangat besar, maka ia tidak mungkin menghadap kepadanya secara langsung, karena ia merasa tidak akan diperhatikan nantinya.
Makanya kita mencari seorang yg dikenal oleh Raja tersebut, yg dekat dengannya, yg didengar olehnya, lalu kita jadikan dia sebagai perantara antara kita dengan Raja atau Penguasa itu.
Dengan begitu, niscaya urusan kita akan diperhatikan oleh Raja. Begitu juga halnya antara saya dengan orang shalih tersebut, yg mana orang shalih itu adalah perantara saya dalam meminta kepada Allah.”

Ikhwan: “Astaghfirullah….Tidakkah kamu tahu? Bahwa sesungguhnya kamu baru saja menyamakan Allah dengan makhluk-Nya! Bahkan menyamakan Allah dengan makhluk-Nya yang zhalim dan keji!
Wal iyadzubillah…”

Quburiyyun: “Maksudnya? Saya tidak ada menyamakan Allah dengan makhluk-Nya?! Saya hanya mengambil qiyas agar kamu bisa paham maksud saya.”

Ikhwan: “Yang kamu qiyaskan adalah sama saja dengan menyamakan atau menyerupakan Allah, Dzat Yang Maha Mengurus langit & bumi, Hakim Yang Maha Adil & Bijaksana, & Rabb Yang Maha Penyantun & Penyanyang, disamakan dengan Raja atau Penguasa yg zhalim, diktator, sewenang2, & tidak memperhatikan kemaslahatan rakyatnya, yg mana mereka telah menjadikan antara dirinya & rakyatnya dengan tirai pemisah & pengawal, sehingga rakyatnya tidak mungkin menghadap Rajanya kecuali dengan perantara atau sarana!

Quburiyyun: (diam sambil nelan ludah)

--> Mohon maaf dialognya agak panjang, untuk menyimak akhir ceritanya, yuk ke TKP:
www.gizanherbal.wordpress.com/2012/03/06/dialog-dengan-quburiyyun-seputar-syubhat-tawassul/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright 2010@All Rights Reserved By Abu Rumaisha
a
h
s
i
a
m
u
R
u
b
A