Tidak ragu lagi bahwa mengingkari kemungkaran merupakan kewajiban agama dan ibadah yang sangat utama. Namun, harus diketahui bahwa pengingkaran memiliki etika dan kaidah yang telah diajarkan oleh Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau adalah seorang yang paling mengerti tentang metode dakwah yang terbaik. Mungkinkah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya tata cara buang air besar, lalu melupakan untuk mengajarkan mereka tata cara inkarul munkar?!!
19 Okt 2012
Agar “Mengingkari Kemungkaran” Tidak Menjadi Kemungkaran
17 Okt 2012
Hukum Seputar Shaff dalam Shalat Berjama'ah
Menyusun shaff
Hadits dari Abu Mas’ud, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لِيَلِنِيْ مِنْكُمْ أُولُو الْأَحْلامِ وَالنُّهَى ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Hendaklah yang ada di belakangku (shaf pertama bagian tengah belakang imam) adalah kalangan orang dewasa yang berilmu. Kemudian diikuti oleh mereka yang lebih rendah keilmuannya. Kemudian diikuti lagi oleh kalangan yang lebih rendah keilmuannya” [HR. Muslim no. 432].
Hadits ini mengandung faedah bahwa menyusun shaf sesuai dengan urutan keutamaan di belakang imam. Hendaknya
di belakang imam adalah orang-orang yang lebih faqih di bidang agama
dan lebih bagus hafalan/bacaannya dalam Al-Qur’an dibandingkan yang
lain; sebagaimana imam dipilih berdasarkan yang demikian[1]. Hal tersebut mengandung hikmah bahwa bila sewaktu-waktu imam lupa/salah dalam bacaan Al-Qur’an, makmum dapat mengingatkannya. Atau sewaktu-waktu imam ada udzur syar’i
(misal batal, sakit, dan lain-lain) sehingga imam tidak bisa meneruskan
shalatnya, maka orang yang di belakangnyalah yang akan maju
menggantikan dan meneruskan imam sebelumnya memimpin shalat berjama’ah.[2]
14 Okt 2012
Dialog Dengan Quburiyyun
Suatu malam di
kuburan…
Ikhwan: “Lho…koq kita malah kemari?”
Quburiyyun: “Iya…mampir sebentar. Ada sedikit keperluan?”
Ikhwan: “Ada keperluan apa di kuburan malam2 begini?…”
Quburiyyun: “Besok kita kan mau pergi safar mendaki gunung, jadi kita perlu ziarah kemari.”
Ikhwan: “Memang apa hubungannya pergi safar dengan ziarah kubur?”
Quburiyyun: “Ya ada, Supaya kepergian kita nanti lebih selamat & dimudahkan Allah.”
Ikhwan: “Wah tidak boleh itu. Kalau ingin selamat & dimudahkan kenapa tidak berdoa langsung kepada Allah? Kenapa harus ada acara ziarah kubur?”
Quburiyyun: “Ziarah kubur itu dianjurkan dalam Islam, banyak dalilnya. Jangan seperti Wahhabi yg melarang ziarah kubur.”
Ikhwan: “Lho…koq kita malah kemari?”
Quburiyyun: “Iya…mampir sebentar. Ada sedikit keperluan?”
Ikhwan: “Ada keperluan apa di kuburan malam2 begini?…”
Quburiyyun: “Besok kita kan mau pergi safar mendaki gunung, jadi kita perlu ziarah kemari.”
Ikhwan: “Memang apa hubungannya pergi safar dengan ziarah kubur?”
Quburiyyun: “Ya ada, Supaya kepergian kita nanti lebih selamat & dimudahkan Allah.”
Ikhwan: “Wah tidak boleh itu. Kalau ingin selamat & dimudahkan kenapa tidak berdoa langsung kepada Allah? Kenapa harus ada acara ziarah kubur?”
Quburiyyun: “Ziarah kubur itu dianjurkan dalam Islam, banyak dalilnya. Jangan seperti Wahhabi yg melarang ziarah kubur.”
9 Okt 2012
Membangun Kubur adalah Larangan Nabi, Bukan Larangan Wahabi
Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu berkata :
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ، وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ، وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kubur untuk dikapur, diduduki, dan dibangun sesuatu di atasnya”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim no. 970, Abu Daawud no. 3225, At-Tirmidziy no. 1052, An-Nasaa’iy no. 2027-2028 dan dalam Al-Kubraa 2/463 no. 2166, ‘Abdurrazzaaq 3/504 no. 6488, Ahmad 3/295, ‘Abd bin Humaid 2/161 no. 1073, Ibnu Maajah no. 1562, Ibnu Hibbaan no. 3163-3165, Al-Haakim 1/370, Abu Nu’aim dalam Al-Musnad Al-Mustakhraj ‘alaa Shahiih Muslim no. 2173-2174, Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 3/410 & 4/4, Ath-Thayaalisiy 3/341 no. 1905, Ath-Thabaraaniy dalam Asy-Syaamiyyiin 3/191 no. 2057 dan dalam Al-Ausath 6/121 no. 5983 & 8/207 8413, Abu Bakr Asy-Syaafi’iy dalam Al-Fawaaaid no. 860, Abu Bakr Al-‘Anbariy dalam Hadiits-nya no. 68, Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 1/515-516 no. 2945-2946, dan yang lainnya.
3 Okt 2012
Arti Salaf menurut bahasa dan Istilah
Arti Salaf Menurut Bahasa
Salafa Yaslufu Salfan artinya madla (telah berlalu). Dari arti tersebut kita dapati kalimat Al Qoum As Sallaafyaitu orang – orang yang terdahulu. Salafur Rajuli artinya bapak moyangnya. Bentuk jamaknya Aslaaf danSullaaf.
Dari sini pula kalimat As Sulfah artinya makanan yang didahulukan oleh seorang sebelum ghadza’ (makan siang). As salaf juga, yang mendahuimu dari kalangan bapak moyangmu serta kerabatmu yang usia dan kedudukannya di atas kamu. Bentuk tunggalnya adalah Saalif. Firman allah Ta’ala
فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِّلْآخِرِينَ
“dan kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian” (Az Zukhruf :56)
Langganan:
Postingan (Atom)