Taqabbalallahu minnaa wa minkum... "Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian"

28 Agu 2012

Benarkah Kaum Syiah Mencintai Ahlul Bait? (Bukti-Bukti Pengkhianatan Kaum Syi’ah terhadap Ahlul Bait)

Kaum Syi’ah menyangka bahwa mereka berloyalitas kepada Ahli Bait (keluarga) Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan mencintai Ahlul Bait. Mereka juga menyangka bahwa madzhab mereka diambil dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Ahlul Bait dan dibangun di atas pendapat-pendapat dan riwayat-riwayat dari Ahlul Bait. Karena alasan kecintaan kepada Ahlul Bait, kaum Syi’ah mengafirkan para shahabat yang dianggap menzhalimi dan melanggar kehormatan Ahlul Bait. Inilah keyakinan yang tertanam pada akal-akal kaum Syi’ah.
Benarkah kaum Syi’ah mencintai Ahlul Bait?
Mari kita melihat bagaimana sebenarnya kecintaan kaum Syi’ah kepada Ahlul Bait dan bagaimana sikap Ahlul Bait itu sendiri terhadap kaum Syi’ah.

21 Agu 2012

Waktu Minimal I’tikaaf

Para ulama berselisih pendapat dalam permasalahan ini, yang secara ringkas terbagi menjadi dua pendapat. Jumhur ulama dari kalangan Hanafiyyah, Maalikiyyah, dan Syaafi’iyyah berpendapat bahwa i’tikaf sah walau hanya dilakukan sebentar saja, sesuai kadar i’tikaaf itu sendiri. Beberapa dalil yang dipakai dalam pendapat ini antara lain :
Firman Allah ta’ala :
وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu ber-i`tikaf dalam mesjid” [QS. Al-Baqarah : 187].


Sisi pendalilannya adalah : Allah ta’ala menyebutkan secara mutlak i’tikaaf tanpa membatasi waktu ataupun kadarnya.
عن بن جريج قال سمعت عطاء يخبر عن يعلى بن أمية قال إني لأمكث في المسجد الساعة وما أمكث الا لأعتكف
Dari Ibnu Juraij, ia berkata : Aku mendengar ‘Athaa’ mengkhabaran dari Ya’laa bin Umayyah, ia berkata : “Sesungguhnya aku benar-benar akan tinggal di masjid sesaat/satu jam saja. Dan tidaklah aku tinggal di dalamnya kecuali untuk ber-i’tikaaf” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurazzaaq no. 8006; sanadnya shahih].

20 Agu 2012

Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Disunnahkan mengiringi puasa Ramadlan dengan puasa enam hari di bulan Syawal dan itu sebanding dengan puasa selama setahun.
Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ صاَمَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالَ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ.
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadlan, lalu ia mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa selama setahun”.[1]

Dari Tsauban radliyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ السَّنَةِ.
”Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadlan maka puasa sebulan itu sama dengan sepuluh bulan; dan dengan puasa enam hari setelah berbuka (‘Iedul-Fithri), maka ia melengkapi puasa setahun”.[2]
Al-Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarh Muslim (3/238) :
قال العلماء: وإنما كان ذلك كصيام الدهر لأن الحسنة بعشر أمثالها فرمضان بعشرة أشهر والستة بشهرين، وقد جاء هذا

12 Agu 2012

Ziarah Kubur Sesuai Sunnah

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Dahulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, (kini) berziarahlah, agar ziarah kubur itu mengingatkanmu berbuat kebajikan." (HR Al-Ahmad, hadits shahih)
Di antara yang perlu diperhatikan dalam ziarah kubur adalah:
  1. Ketika masuk, sunnah menyampaikan salam kepada mereka yang telah meninggal dunia. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengajarkan kepada para sahabat agar ketika masuk kuburan membaca,

    "Semoga keselamatan dicurahkan atasmu wahai para penghuni kubur, dari orang-orang yang beriman dan orang-orang Islam. Dan kami, jika Allah menghendaki, akan menyusulmu. Aku memohon kepada Allah agar memberikan keselamatan kepada kami dan kamu sekalian (dari siksa)." (HR Muslim)

Fatwa Kafirnya Syiah

Pendapat Tentang Kekafiran Syiah
Yang berpendapat bahwa Syi'ah itu kafir adalah para Imam-Imam Besar Islam, seperti: Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari dan lain-lain. Berikut ini kata-kata dari fatwa para Imam dan Ulama Islam mengenai golongan Rafidhah yang disebut dengan Itsna Asy'ariyah dan Ja'fariyah.

Pernyataan pada Makalah-makalah Para Ulama Terkenal dan pada Buku-buku Induk Mereka.

Akan dimulai dengan mengutarakan fatwa Imam Malik, kemudian Imam Ahmad, lalu Imam Bukhari. Selanjutnya saya akan utarakan fatwa Imam-imam yang lain sesuai dengan masa hidup mereka. Saya memilih fatwa para imam yang besar, atau para ulama yang hidup semasa dengan golongan Rafidhah (Syi'ah) yang tinggal dalam satu negeri atau dari kitab-kitab mereka dan dari ulama Islam yang mempelajari madzhab mereka.

9 Agu 2012

Mengkritisi Kisah Kedatangan Badui ke Kubur Nabi

Kisah kedatangan Arab Badui ke kubur nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah populer di telinga kita. Kisah ini banyak dijadikan oleh sebagian kalangan sebagai dalil untuk melegalkan praktek meminta do’a kepada para wali, meskipun jasad mereka telah dikubur. Melalui artikel ini, Syaikh Ali Hasyisy memaparkan keabsahan kisah ini dan patutkah dijadikan dalil untuk hal tersebut.
Redaksi Kisah

Diriwayatkan dari Abu Harb Al Hilali, dia berkata,

حج أعرابي فلما جاء إلى باب مسجد رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم أناخ راحلته فعقلها ثم دخل المسجد حتى أتى القبر ووقف بحذاء وجه رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم فقال: السلام عليك يا رسول الله، ثم سلم على أبي بكر وعمر ثم أقبل على رسول الله ، فقال : بأبي أنت وأمي يا رسول الله ، جئتك مثقلاً بالذنوب والخطايا مستشفعًا بك على ربك لأنه قال في محكم كتابه: ولو أنهم إذ ظلموا أنفسهم جاءوك فاستغفروا الله واستغفر لهم الرسول لوجدوا الله توابا رحيما {النساء : 64} . وقد جئت بأبي أنت وأمي مثقلاً بالذنوب والخطايا أستشفع بك على ربك أن يغفر لي ذنوبي وأن تشفع فيَّ ثم أقبل في عرض الناس وهو يقول :
يا خيرَ مَنْ دُفِنَتْ في الأرضِ أَعْظُمُهُ
فطابَ مِن طِيبِهِ القَاعُ والأَكَمُ
نفسي الفداءُ لقبرٍ أنتَ ساكِنُهُ
فيه العفافُ وفيه الجودُ والكرمُ

8 Agu 2012

Memahami ‘Bid’ah Hasanah’ Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa

Ibnu Abi Syaibah rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنِ الْجُرَيْرِيِّ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ الْأَعْرَجِ، قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ عُمَرَ عَنْ صَلَاةِ الضُّحَى، وَهُوَ مُسْنِدٌ ظَهْرَهُ إِلَى حُجْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: بِدْعَةٌ، وَنِعْمَتِ الْبِدْعَةُ ! "
Telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ulayyah, dari Al-Jurairiy, dari Al-Hakam bin Al-A’raj, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Ibnu ‘Umar tentang shalat Dluhaa, yang ketika itu punggungnya bersandar pada kamar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia menjawab : “Bid’ah, dan itu adalah sebaik-baik bid’ah” [Al-Mushannaf, 2/405 no. 7859].
Sanad riwayat ini shahih, semua perawinya tsiqaat. Ibnu ‘Ulayyah termasuk perawi yang mendengar riwayat dari Al-Jurairiy sebelum ikhtilaath-nya [lihat : Al-Mukhtalithiin oleh Al-‘Alaaiy (bersama komentar muhaqqiq-nya), hal. 37-38 no. 16, tahqiq : Raf’at bin Fauziy & ‘Aliy bin ‘Abdil-Baasith; Maktabah Al-Khaanijiy, Kairo].

7 Agu 2012

Sifat Dua Tangan Allah

[Abul-Hasan Al-Asy’ariy rahimahullah berkata : ]
وأن له يدين بلا كيف كما قال : { خَلَقْتُ بِيَدَيَّ } [ سورة ص ، الآية : 75 ] .
وكما قال : { بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ } [ سورة المائدة ، الآية : 64 ] .
“Bahwasannya Allah mempunyai dua tangan tanpa perlu ditanyakan bagaimananya (kaifiyah-nya), sebagaimana firman-Nya : ‘Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku’, dan juga sebagaimana firman-Nya : ‘Akan tetapi kedua tangan-Nya terbuka”.


Makna Bahasa :
[بلا كيف] : Tanpa menggambarkan bagaimananya secara spesifik bagi sifat Allah tersebut.
Penjelasan :
Penetapan sifat dua tangan terdapat dalam beberapa tempat dalam Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dalil dari Kitabullah, telah disebutkan muallif (Abul-Hasan Al-Asy’ariy) sebagian di antaranya. Adapun dalil dari sunnah, Al-Bukhariy rahimahullah telah memuatnya dalam kitab Shahih-nya, bab : qaulullaahu ta’ala : limaa khalaqtu bi-yadaiy (Bab : Firman Allah ta’ala : ‘kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku’), yang merupakan bagian dari Kitaab At-Tauhiid.

5 Agu 2012

Tarian Sufi Di Bawah Naungan Syari’at

Tarian, selain merupakan budaya orang Keraton, juga merupakan budaya orang-orang Shufiy[1]. Dalam hal taste seni geraknya, orang-orang Shufiy tidak kalah dengan para maestro tari Indonesia seperti : Didik Nini Thowok, Enoch Atmadibrata, Mimi Rasinah, Indrawati Lukman, Gusmiati Suid, dan yang lainnya. Meski mempunyai beberapa kesamaan, tentu saja ada perbedaannya. Bagi Didik Nini Thowok cs., menari dan menciptakan tari mereka lakukan dengan alasan hobi, menjaga warisan budaya, dan pekerjaan; sedangkan orang Shufiy melakukannya dengan alasan ibadah. Dikarenakan alasan tersebut, tentu orang-orang Shufiy punya dalil yang tersimpan di saku mereka, satu hal yang tidak dipunyai Didik Nini Thowok cs. ‘Sayangnya’, ketika hari Tari Sedunia tanggal 29 April 2012 tempo hari, orang-orang Shufiy tidak bergabung dengan orang-orang ISI (Institut Seni Indonesia) di Solo untuk unjuk kebolehan di depan publik.


Anyway,.... artikel kecil ini tidak akan membahas lebih lanjut tentang tarian, karena saya pribadi (sangat) tidak suka dan tidak pandai untuk menari. Artikel ini hanyalah akan menyinggung dalil orang Shufiy yang katanya bisa dipakai sebagai dasar legalisasi praktek tarian mereka.

1 Agu 2012

Takhrij Doa Berbuka Puasa : Dzahabadh-Dhama-u…..dst.

Al-Imaam Abu Daawud rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى أَبُو مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ أَخْبَرَنِي الْحُسَيْنُ بْنُ وَاقِدٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ يَعْنِي ابْنَ سَالِمٍ الْمُقَفَّعَ قَالَ رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقْبِضُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَيَقْطَعُ مَا زَادَ عَلَى الْكَفِّ وَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Yahyaa Abu Muhammad : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Al-Hasan : Telah mengkhabarkan kepadaku Al-Husain bin Waaqid : Telah menceritakan kepada kami Marwaan – yaitu Ibnu Saalim Al-Muqaffa’ - , ia berkata : Aku pernah melihat Ibnu ‘Umar menggenggam jenggotnya dan memotong selebih dari (genggaman) telapak tangannya, lalu berkata : “Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka puasa berdoa : ‘(Dzahabazh-zhoma-u wab-talatil-‘uruuqu wa tsabatal-ajru insya Allooh) Rasa haus telah pergi dan urat-urat telah terbasahi serta telah ditetapkan pahala insya Allah [As-Sunan, hal. no. 2357].

Mereka Menyelisihi Ahlussunnah Wal Jama’ah

Mereka menjadikan penyelisihan mereka terhadapa Ahlussunnah yaitu orang-orang yang berada di atas tuntutunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya sebagai sumber kebahagiaan, sehingga  apa saja yang dikerjakan oleh Ahlussunnah maka mereka akan tinggalkan, (dan sebaliknya) jika (Ahlussunnah) meninggalkan sesuatu maka mereka mengerjakannya dengannya mereka keluar dari Agama secara garis besar, sesungguhnya syaithan telah menggoda dan menuntun mereka , dan mereka mengklaim bahawa penyelisihan ini merupakan alamat bahwa mereka adalah Firqoh An-Najiyyah(kelompok yang selamat). [Lihat Ramadhatul Jannaat 6/306]
Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda : “Al-Firqoh An-Najiyah(kelompok yang selamat itu adalah Sawadul A’dzom(kelompok terbesar) dan apa yang aku dan para shahabatku berada diatasnya”.[1]
Copyright 2010@All Rights Reserved By Abu Rumaisha
a
h
s
i
a
m
u
R
u
b
A