Siapakah Abu Bakr Al-Baqillaniy ?
Beliau adalah Al-Qaadliy Abu Bakr Al-Baqillaniy rahimahullah,
dilahirkan sekitar pertengahan abad keempat hijriah dan wafat pada
tahun 403 H di Baghdad. Beliau adalah seorang ulama madzhab Asy’ariyyah
generasi awal yang terkemuka dan banyak dipuji sebagai ‘bintang’ di
kalangan mereka. Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa
beliau telah kembali ke ‘aqidah salaf pada akhir hayat beliau. Alhamdulillahi rabbil-‘aalamiin.
Banyak tulisan yang telah dihasilkannya. Salah satunya adalah At-Tamhiid Al-Awaa’ili wa Talkhiishud-Dalaail, sebuah buku yang mengupas tentang masalah ‘aqidah. Dalam manuskrip yang ditemukan di Paris (Perancis), buku ini berjudul : At-Tamhiid fii Ar-Radd ‘alal-Mulhidah war-Raafidlah wal-Khawaarij wal-Mu’tazillah.
Dimanakah Allah ?
Al-Qaadliy Abu Bakr Al-Baqillaniy berkata :
Bab
: Apabila ada seseorang yang bertanya : “Dimanakah Allah ?”. Dikatakan
kepadanya : “Pertanyaan ‘dimana’ adalah pertanyaan yang menyangkut
tempat, dan Dia tidak boleh dilingkupi oleh satu tempat. Tidak pula
satu tempat bisa meliputi-Nya. Namun, kita hanya boleh mengatakan (atas
pertanyaan itu) : ‘Dia berada di atas ‘Arsy-Nya’, dimana hal itu tidak
berkonsekuensi makna wujud badan (jism) yang
bersentuhan dan berbatasan/berdekatan. Maha Tinggi (Allah) dari atas
semua itu dengan setinggi-tinggi dan seagung-agung-Nya !” [At-Tamhiid, hal. 300-301].
Faedah yang dapat kita ambil dari perkataan Al-Baqillaniy rahimahullah di atas antara lain :
1. Penegasan
Allah berada di atas ‘Arsy, yang dalam waktu bersamaan terdapat
penafikkan bahwa Allah dilingkupi atau berada di dalam tempat tertentu.
Oleh karena itu, di sini Al-Baqillaniy telah menggabungkan dua
pernyataan sekaligus : Allah berada di atas ‘Arsy dan menafikkan
dilingkupi oleh satu tempat.
2. Penegasan Al-Baqillani bahwa Allah berada di atas ‘Arsy itu tanpa perlu mengkonsekuensikan Dia mempunyai badan (jism) – seperti makhluk.
3. Ketika
muncul pertanyaan : ‘Dimana Allah ?’, Al-Baqillani hanya mencukupkan
dengan jawaban : “Dia berada di atas ‘Arsy”, tanpa mengkaitkan (atau
men-takyif) hal-hal yang berkaitan dengan makhluk.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar